Permintaan Diramal Meningkat, Penyaluran Kredit Diyakini Makin Ngegas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit perbankan pada tahun lalu berhasil mencetak kinerja yang positif usai ditempa efek pandemi pada dua tahun sebelumnya. Tren positif ini diyakini bakal makin mentereng pada tahun 2023 ini.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan penyaluran kredit tahun ini akan tumbuh lebih pesat dari tahun lalu. Pasalnya, permintaan kredit melanjutkan peningkatan dan diimbangi dengan likuiditas perbankan yang memadai.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan, perbaikan intermediasi bank ini didukung isi penawaran kredit sejalan likuiditas memadai, suku bunga kredit masih rendah, dan risk appetite yang semakin meningkat.


Perry menambahkan, permintaan kredit tahun ini juga masih tinggi seiring peningkatan permintaan dari segmen rumah tangga dan korporasi yang terus membaik.  Ia memastikan BI akan lanjutkan kebijakan yang akomodatif terutama ke sektor-sektor yang belum pulih, UMKM, KUR, dan pembiayaan hijau dalam rangka pemulihan ekonomi nasional.

Baca Juga: BTN Proyeksikan Bisnis Wealth Management Naik 20% Sepanjang Tahun Ini

“Dengan perkembangan itu, seiring dengan sinergi yang erat antara otoritas sektor keuangan dan dunia usaha. Maka kredit di 2023 akan berada di kisaran 10%-12% secara tahunan,” ujar Perry belum lama ini.

Asal tahu saja, fungsi intermediasi perbankan berhasil meningkat di sepanjang 2022. Bank Indonesia (BI) mencatatkan kredit perbankan tumbuh 11,35% secara tahunan hingga Desember 2022.  

Perry menyatakan pertumbuhan kredit itu lebih tinggi dibandingkan tahun 2021 yang hanya naik 5,24%. Ia menjelaskan peningkatan kredit pada tahun lalu terjadi merata di seluruh sektor ekonomi dan jenis kredit. 

“Terutama kredit investasi dan modal kerja. Pemulihan intermediasi juga terjadi di bank syariah, dengan pembiayaan bahkan tumbuh lebih tinggi 20,1% secara tahunan di Desember 2022. Lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang naik 6,6%,” ujar nya

Perry menambahkan, pertumbuhan kredit juga terus berlanjut di sektor usaha kredit mikro, kecil, dan menengah. Ia menyatakan kredit usaha rakyat (KUR) yang tumbuh 29,6%. 

Kebijakan makroprudensial

Untuk memuluskan laju penyaluran kredit tahun ini, BI menyiapkan kebijakan makroprudensial akomodatif dalam mendorong kredit dan pembiayaan. Sejalan dengan optimis fungsi intermediasi tahun depan bisa lebih tinggi dibandingkan kenaikan kredit perbankan di 2022. 

“BI melanjutkan implementasi kebijakan makroprudensial akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit maupun pembiayaan perbankan kepada dunia usaha. Hal ini dilakukan dengan mempertahankan, pertama rasio Countercyclical Capital Buffer (CCyB) sebesar 0%,” ujar Perry secara virtual pada Kamis (3/11). 

Kedua, rasio intermediasi makroprudensial (RIM) pada kisaran 84% hingga 94%. Ketiga rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 6% dengan fleksibilitas repo sebesar 6%, dan rasio PLM Syariah sebesar 4,5% dengan fleksibilitas repo sebesar 4,5%. 

“Selain itu, BI juga melanjutkan pelonggaran rasio Loan to Value (LTV) maupun Financing to Value (FTV) untuk Kredit maupun Pembiayaan Properti menjadi paling tinggi 100% untuk semua jenis properti. Baik rumah tapak, rumah susun, serta ruko atau rukan,” tambahnya. 

Namun relaksasi LTV maupun FTV ini hanya berlaku bagi bank yang memenuhi kriteria rasio kualitas kredit maupun pembiayaan non performing loan (NPL) atau non performing financing (NPF) tertentu. Ini guna mendorong pertumbuhan kredit di sektor properti dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko.  berlaku efektif 1 Januari 2023 sampai dengan 31 Desember 2023. 

Baca Juga: Dinilai Potensial, Sederet Bank Jaring Potensi Bisnis Kredit Pensiunan

“Serta melanjutkan pelonggaran ketentuan uang muka kredit maupun pembiayaan kendaraan bermotor menjadi paling sedikit 0% untuk semua jenis kendaraan bermotor baru. Ini untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor otomotif dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko, berlaku efektif 1 Januari 2023 sampai dengan 31 Desember 2023,” paparnya. 

Perry menyatakan proyeksi pertumbuhan kredit 10% hingga 12% per 2023 lantaran suplai dari perbankan dan permintaan dari dunia usaha masih tinggi. Dari faktor supply ada tiga faktor utama. Pertama, karena likuiditas yang longgar tercermin dari alat likuid per dana pihak ketiga (DPK) masih di atas 27% saat ini.  

“Dampak kenaikan suku bunga BI ke suku bunga kredit akan lebih lama karena likuiditas longgar. Jadi bank tidak harus buru-buru  menaikkan suku bunga kredit, akan kita jaga kelonggaran ini, ” tambahnya. 

Kedua, adanya insentif baik dari pemerintah maupun dari regulator yang diberikan kepada perbankan yang salurkan kredit. Insentif kebijakan makroprudensial berupa down payment (DP) 0%. Lalu penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) 1,5% bahkan bisa dinaikkan ke 2% bagi bank yang salurkan kredit ke 42 sektor prioritas termasuk UMKM. 

“Ketiga, lending standar. Survei Bi menunjukkan perkreditan BI appetite dan keinginan perbankan masih positif. Dari sisi demand, pertumbuhan ekonomi, konsumsi, ekspor, dan investasi tumbuh. Ini akan tingkatkan permintaan kredit,” ujar dia.

Bank siap genjot kredit

Sejumlah bank pun optimistis ekspansi kredit tahun ini tetap akan meningkat. Sejumlah segmen telah dibidik dan diproyeksi akan jadi penopang utama pertumbuhan kredit tersebut. 

PT Bank CIMB Niaga Tbk misalnya, memperkirakan kredit tahun ini masih bisa tumbuh 8%-9%. Direktur Utama CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, motor penggerak ekspansi kredit yang utama diharapkan berasal dari segmen konsumer ritel dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

"Tahun depan, Kami menargetkan kredit tetap tumbuh dengan driver di ritel konsumer dari Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan Kartu Kredit." kata Lani pada Kontan.co.id, Rabu (23/11). 

Sedangkan di segmen wholesale, kredit korporasi diprediksi akan tumbuh baik sejalan dengan perkembangannya sampai September 2022 yang sudah naik di atas 10%. Hanya saja, segmen komersial dinilai masih belum ekspansif karena tahun ini pertumbuhannya juga masih belum positif. 

Dari sisi sektor, sebelumnya Lani menyebutkan ada sejumlah industri yang dinilai masih sangat prospektif untuk penyaluran kredit seperti FMCG, manufaktur, telekomunikasi, dan perusahaan BUMN untuk non ritel.

Baca Juga: Perbankan Optimis Penyaluran KPR Bakal Tumbuh Positif pada Tahun Ini

Adapun PT Bank Rakyat Indonesia alias BRI optimistis masih bisa terus melakukan ekspansi kredit secara berkelanjutan. Tahun ini, BRI menargetkan kredit tahun depan tumbuh di kisaran 9%-11%. 

"Kami terus mengupayakan agar porsi kredit UMKM mencapai 85%. Per September 2022, porsinya sudah mencapai 84,2% sejalan dengan pertumbuhan kredit segmen ini 9,83% menjadi Rp 935,86 triliun," kata Direktur Utama BRI Sunarso.

Komitmen BRI untuk terus memperbesar porsi pembiayaan kepada segmen UMKM merupakan bukti nyata BRI untuk terus mendorong pemulihan dan pertumbuhan perekonomian Indonesia. 

Sunarso mengatakan, peran aktif BRI dengan memberdayakan dan mendorong UMKM untuk terus tumbuh maka akan membuka dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, mengingat 97% lapangan pekerjaan di Indonesia berasal dari segmen UMKM.

Di lain sisi, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) optimistis dapat memacu kinerja di tahun ini. Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menyatakan stabilnya ekonomi domestik jadi katalis pertumbuhan bisnis yang sehat bagi industri perbankan.

Ia menyebut, kredit perbankan akan naik 7% hingga 9% secara year on year (YoY) di tahun 2023. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK), bisa tumbuh 7,2% sampai 8,5% di sepanjang tahun ini.

“Kinerja BNI pada 2022, telah menunjukkan tren impresif dan kami melihat banyak peluang yg bisa kami tangkap untuk melanjutkan tren yang positif ini. Target pertumbuhan kredit BNI di 2023 sebesar 7% hingga 9%,” ujarnya belum lama ini.

Ia menyatakan, proyeksi kredit ini mempertimbangkan PDB yang moderat. Guna mencapai target itu, BNI akan fokus pada kualitas daripada kuantitas adalah hal yang paling tepat untuk dilakukan saat ini

“Kami melihat mayoritas sektor ekonomi telah tumbuh pasca pandemi. Tahun ini kami juga fokuskan pada pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan, bni transformasi dengan fokus membangun portofolio yang sehat pada melalui ekspansi pada debitur top tier masing-masing industri dan regional,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi