Permintaan emas Antam lambungkan harga jual hingga akhir tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain pelemahan rupiah, Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, harga emas Antam melambung karena tingginya minat konsumen domestik ke logam emas ini.

Deddy mencatat hingga semester I produksi emas Antam meningkat mencapai 1.041 kilogram. Bisa diartikan, meningkatnya produksi emas Antam untuk mengimbangi permintaan yang juga meningkat.

Bahkan, Deddy mengamati di Juni dan Juli permintaan emas Antam melebihi batas penjualan emas Antam per harinya hingga emas Antam menutup penjualan emas Antam untuk setiap kategori bobotnya.


"Catatan ANTM penjualannya naik 292% di semester I, jadi kondisi permintaan yang tinggi ini membuat harga emas antam melambung," kata Deddy, Selasa (9/10).

Namun, penguatan emas antam terkoreksi hari ini, karena harga emas dunia menurun meninggalkan level psikologisnya di US$ 1.200 per ons troi.

Deddy mengatakan Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) di Bali yang memproyeksikan ekonomi global akan menurun di akhir tahun ini karena berbagai dinamika global yang cenderung berefek negatif membuat pelaku pasar lebih nyaman berinvestasi di dollar AS untuk dijadikan aset safe haven ketimbang emas. Harga emas pun menjauhi level psikologisnya.

Deddy menilai koreksi harga emas Antam wajar terjadi. Hingga akhir tahun Deddy memproyeksikan harga emas Antam berpotensi kembali melambung. Di tengah harga emas dunia relatif murah, maka timbul potensi harga emas dunia bisa menguat dan harga emas Antam ikut menguat.

Pelemahan rupiah serta meningkatkan permintaan akan emas Antam membuat Deddy optimistis harga emas Antam bisa sentuh 700.000 per gram di akhir tahun.

Deddy memproyeksikan selama harga emas bergerak di rentang support Rp 580.000 per gram hingga 630.000 per gram maka potensi kenaikan masih akan terjadi dan bisa bergulir ke Rp 700.000 per ons troi.

Saran Deddy, bagi investor bisa hold aset emas mereka dan membeli emas di saat harga terkoreksi seperti saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto