LONDON. Hasil survei menunjukkan, harga emas dunia akan kembali melonjak seiring dengan dilakukannya aksi beli fisik emas oleh investor. Sekitar 11 dari 16 atau 69% trader, investor, dan analis yang disurvei Bloomberg meramal, harga emas minggu depan akan melonjak. Sementara, tiga lainnya memprediksi penurunan harga emas dan dua analis memilih netral. Kemarin, kontrak harga emas di Comex, New York, untuk pengantaran Juni naik 0,3% pada minggu ini menjadi US$ 1.469,10 per troy ounce pada pukul 11.35. Harga emas mencapai rekor tertingginya pada 2 Mei lalu di posisi US$ 1.577,40 per troy ounce. Namun belakangan, harga emas turun dari posisi rekor seiring melorotnya harga komoditi akibat spekulasi perlambatan pertumbuhan ekonomi setelah sejumlah bank sentral menaikkan suku bunga acuan untuk menahan laju inflasi. "Sejak awal Mei, permintaan akan fisik emas cukup tinggi. Permintaan terbesar datang dari India, dan Asia secara keseluruhan," Walter de Wet, analis Standard Bank Plc di London.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Permintaan fisik meningkat, harga emas diramal akan meroket minggu depan
LONDON. Hasil survei menunjukkan, harga emas dunia akan kembali melonjak seiring dengan dilakukannya aksi beli fisik emas oleh investor. Sekitar 11 dari 16 atau 69% trader, investor, dan analis yang disurvei Bloomberg meramal, harga emas minggu depan akan melonjak. Sementara, tiga lainnya memprediksi penurunan harga emas dan dua analis memilih netral. Kemarin, kontrak harga emas di Comex, New York, untuk pengantaran Juni naik 0,3% pada minggu ini menjadi US$ 1.469,10 per troy ounce pada pukul 11.35. Harga emas mencapai rekor tertingginya pada 2 Mei lalu di posisi US$ 1.577,40 per troy ounce. Namun belakangan, harga emas turun dari posisi rekor seiring melorotnya harga komoditi akibat spekulasi perlambatan pertumbuhan ekonomi setelah sejumlah bank sentral menaikkan suku bunga acuan untuk menahan laju inflasi. "Sejak awal Mei, permintaan akan fisik emas cukup tinggi. Permintaan terbesar datang dari India, dan Asia secara keseluruhan," Walter de Wet, analis Standard Bank Plc di London.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News