Permintaan gas tinggi, namun kinerja PGAS diramal datar



JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) memperkirakan permintaan gas tahun depan akan bertambah, seiring pemulihan ekonomi global. Sayang, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini belum dapat mengimbanginya dengan peningkatan kapasitas produksi. Alhasil, manajemen PGAS menduga, pendapatan tahun depan akan cenderung datar-datar saja.

Direktur Utama PGAS Hendi Prio Santoso menuturkan, saat ini PGAS sudah menyiapkan tambahan jaringan distribusi sepanjang lebih dari 5.800 km. Tapi, ini baru mencukupi untuk kebutuhan konsumen dalam negeri. "Di luar itu, kami belum ada rencana menambah lagi jaringan pipa yang baru," ujar dia.

Analis OSK Nusadana Securities Indonesia Andrey Wijaya menyarankan, untuk mengimbangi permintaan gas dunia dan domestik, PGAS memang harus menambah kapasitas produksinya secara signifikan. "Karena perekonomian akan terus menggeliat, sehingga permintaan gas pasti melonjak," katanya.


Dengan tidak adanya penambahan kapasitas baru maka PGAS harus puas dengan kapasitas pipa distribusi saat ini sekitar 1.000 million metric standard cubic feet per day (MMScfd) atau 1.000 juta kaki kubik per hari. Tetapi, Andrey menebak, kinerja PGAS akan tetap kinclong. Apalagi, PGAS bisa saja menaikkan harga jual untuk menopang pendapatan.

Analis Sucorinvest Central Gani Frederick Daniel Tanggela menambahkan, tanpa penambahan kapasitas, kenaikan harga jual memang jadi satu-satunya katalis kinerja PGAS saat ini. Ia mengingatkan, PGAS telah menaikkan harga jual gas per 1 April 2010 menjadi US$ 6,35 per mmbtu dari sebelumnya US$ 5,5 per mmbtu, atau naik 15%.

Frederick menduga, harga jual gas PGAS akan terus merangkak naik. "Saya perkirakan rata-rata kenaikannya sebesar 6% per tahun," katanya.

Pasokan seret

Fonny Surya, Analis Credit Suisse, mengatakan, meskipun PGAS bisa meneguk untung dari kenaikan harga gas ini, lemahnya volume gas bisa jadi batu sandungan.Kondisi itu bermula dari seretnya pasokan gas dari Conoco Philips. Perusahaan migas Amerika Serikat (AS) itu menjalin kontrak pengiriman gas sebanyak 396 mmscfd pada 2010 kepada PGAS. Namun, Conoco hanya mampu memasok 150 mmscfd pada Februari 2010.

Barulah pada Juni, volume Conoco telah pulih dengan volume rata-rata 340 mmscfd. "Diharapkan volume ini terus bertahan untuk menjaga pasokan PGAS," jelas Fonny.

Andrey memprediksi, pendapatan PGAS tahun ini hanya naik tipis jadi Rp 20,09 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 6,26 triliun. Frederick memprediksi lebih kecil lagi, yakni Rp 19,58 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 6,63 triliun. Fonny menduga, pendapatan PGAS sekitar Rp 20,10 triliun dengan laba bersih Rp 6,72 triliun. Tahun lalu, pendapatan PGAS Rp 18,02 triliun dan laba bersihnya Rp 6,22 triliun.

Andrey dan Fonny sepakat merekomendasikan beli saham PGAS dengan target harga masing-masing Rp 4.850 dan Rp 5.300 per saham. Adapun, Frederick, dengan target harga Rp 3.875 per saham, menyarankan jual. "Dengan kapasitas produksi yang mulai terbatas, harga saham PGAS sudah mahal," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie