Permintaan global melesu, harga emas kian tertekan ke level terendah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas dunia terus menukik tajam. Solidnya data perekonomian Amerika Serikat (AS) terus menopang laju dollar dan sebaliknya menekan performa harga emas. Selain itu, permintaan global terhadap komoditas kuning ini pun rupanya kian melemah.

Mengutip Bloomberg, Jumat (3/8) pukul 17.00 WIB, harga emas di Commodity Exchange (Commex) untuk kontrak pengiriman Desember 2018 berada di posisi US$ 1.215,70 per ons troi atau turun 0,36% dibandingkan posisi pada hari sebelumnya. Dalam sepekan, harga emas tercatat melorot 1,38%.

Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menilai, sepanjang tahun ini emas memang telah kehilangan daya tariknya sebagai salah instrumen safe haven. "Kondisi ini terjadi seiring dengan pertumbuhan ekonomi AS yang makin solid sehingga meski sentimen perang dagang masih ada, pelaku pasar cenderung tetap memburu dollar sebagai aset lindung nilainya," ujar Deddy, Jumat (3/8).


Seperti yang diketahui, sepanjang pekan ini banyak data ekonomi AS yang dirilis. Sebagian besar menunjukkan hasil positif yang semakin memperkuat ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga pada September dan Desember mendatang.

Selain data PDB kuartal-II yang tumbuh signifikan, sejumlah data ketenagakerjaan AS dalam pekan ini tampak cerah. Di antaranya, data pertumbuhan tenaga kerja non-pertanian versi Automatic Data Processing Inc. (ADP) yang menunjukkan kenaikan di bulan Juli menjadi 219.000 dari sebelumnya hanya 181.000. Sementara, data klaim pengangguran dirilis lebih kecil dari ekspektasi yaitu hanya 218.000.

Tak hanya itu, tekanan harga emas juga datang dari sisi permintaannya yang juga meredup. Mengutip data World Gold Council (WCG), Deddy menyebut, permintaan emas global turun 6% secara tahunan (yoy) hingga akhir Juni lalu.

Permintaan emas global turun menjadi hanya 1.959,9 ton dari 2.086,5 ton pada periode yang sama di tahun lalu. Ini merupakan total permintaan emas global terendah sejak 2009. "Cadangan emas di bank-bank sentral juga turun 7%. Artinya, perhatian pelaku pasar saat ini memang lebih tertuju ke dollar AS," kata dia.

Dengan posisi dollar yang tetap stabil menguat, Deddy berpendapat, sulit bagi harga emas untuk bisa naik tajam. Ia memproyeksi pelemahan harga emas masih berpotensi berlanjut hingga akhir tahun kendati permintaan biasanya lebih ramai pada masa jelang tutup tahun.

"Pekan depan masih ada satu data ekonomi penting lagi dari AS yaitu inflasi konsumen (CPI) dan produsen (PPI). Hasilnya akan kembali memengaruhi gerak harga emas," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati