KONTAN.CO.ID - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan peningkatan produksi ikan hias 2017 sebesar 2,1 miliar ekor. "Saat ini, ketertarikan masyarakat untuk memelihara ikan hias dari laut meningkat pesat," ujar Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam siaran pers (6/9). Berdasarkan data statistik KKP dalam rilis resmi tersebut, volume produksi ikan hias nasional tahun 2016 tercatat sebanyak 1,34 miliar ekor. Sementara dalam kurun waktu lima tahun terakhir KKP mengaku terdapat kenaikan produksi ikan hias rata-rata sebesar 16,53%, yang akan mendorong kenaikan ekspor ikan hias.
Ekspor ikan hias dalam rentang tahun 2010 - 2016 rata-rata tumbuh 13,82% per tahun. Pada tahun 2016, ekspor ikna hias mencapai nilai US$ 24,642 juta. Jenis ikan hias yang banyak diekspor adalah antara lain arwana, platy, baster, koi, nemo, mandarin fish, dan banggai cardinal. Guna mencapai target produksi ikan hias nasional tersebut, KKP akan menggenjot produksi pada sentra produksi ikan hias dan mengembangkan kawasan potensial lain. Saat ini sentra ikan hias masih didominasi Provinsi Jawa Timur, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Banten, Maluku, dan Papua. Jawa Timur merupakan penyumbang terbesar nilai produksi ikan hias dengan nilai Rp 579 miliar atau 20% dari total produksi. Meski begitu, pengelolaan perikanan berkelanjutan penting menjamin keseimbangan antara kepentingan ekologi, sosial dan ekonomi. Slamet menilai, saat ini ada kencenderungan terjadinya eksploitasi besar-besaran terhadap spesies-spesies bernilai ekonomis tinggi, utamanya komoditas ikan hias air laut. “Kami terus mendorong UPT untuk melakukan pembenihan berbagai jenis ikan laut hias, di mana peruntukannya lebih besar untuk kepentingan
restocking,” kata Slamet
Terakhir, KKP melakukan
restocking ikan hias di perairan Pulau Tegal Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran, Lampung. Ribuan ikan laut tersebut termasuk sebanyak 3.500 ekor ikan hias laut yaitu 1.500 ekor ikan hias nemo, 2.000 ekor kuda laut, 11.000 ekor ikan kakap putih, dan 500 ekor ikan kerapu macan. Pengembangan rekayasa pembenihan terus dilakukan baik untuk komoditas yang dikembangkan masyarakat, maupun bagi spesies ekonomis penting yang mulai terancam keberadaannya di alam. “Kami saat ini fokus untuk kembangkan spesies-spesies ekonomis penting di samping untuk tujuan ekonomi, juga untuk kepentingan pelestarian keragaman jenis di alam," terang Kepala Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, Mimid Abdul Hamid. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia