JAKARTA. Permintaan Crude Palm Oil (CPO) Indonesia dari India dan China meningkat. Dus, pada periode Januari – April 2010 pengiriman CPO dari Indonesia pun ikut mumbul sebesar 29.74% dibandingkan periode yang sama tahun lalu; dari US$ 1.250,5 juta pada tahun 2009 menjadi US$ 1.622,5 juta pada tahun 2010 ini. “Terjadi kenaikan permintaan dari China dan India,” jelas kata Max Ramajaya, pengurus bidang pemasaran Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) kepada KONTAN hari ini, Senin (12/7). Di dua negara tersebut, permintaan CPO pada periode Januari-April 2010 terbilang tinggi lantaran adanya perayaan tahun baru China di awal tahun lalu. Ditambah lagi, mereka tetap membungkus CPO untuk mengisi stok yang kosong.Menurut Max, meningkatnya ekspor tersebut cenderung terjadi pada produk CPO daripada produk industri turunan. “Untuk industri turunan, CPO sedikit tertekan karena negara tujuan ekspor tersebut mulai serius mengembangkan industri turunan,” jelas Max.Max pantas khawatir. Pasalnya, jika negara tujuan ekspor adalah negara berkembang, maka ekspor Indonesia lebih banyak berupa bahan mentah seperti CPO. Kondisi ini menurut Max harus segera diantisipasi dengan cara menurunkan Bea Keluar (BK) untuk industrui turunan agar bisa lebih kompetitif. “Terang saja dengan hitungan BK sekarang akan lebih murah mengekspor CPO,” kata Max.
Permintaan India dan China Naik, Ekspor CPO Unjuk Gigi
JAKARTA. Permintaan Crude Palm Oil (CPO) Indonesia dari India dan China meningkat. Dus, pada periode Januari – April 2010 pengiriman CPO dari Indonesia pun ikut mumbul sebesar 29.74% dibandingkan periode yang sama tahun lalu; dari US$ 1.250,5 juta pada tahun 2009 menjadi US$ 1.622,5 juta pada tahun 2010 ini. “Terjadi kenaikan permintaan dari China dan India,” jelas kata Max Ramajaya, pengurus bidang pemasaran Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) kepada KONTAN hari ini, Senin (12/7). Di dua negara tersebut, permintaan CPO pada periode Januari-April 2010 terbilang tinggi lantaran adanya perayaan tahun baru China di awal tahun lalu. Ditambah lagi, mereka tetap membungkus CPO untuk mengisi stok yang kosong.Menurut Max, meningkatnya ekspor tersebut cenderung terjadi pada produk CPO daripada produk industri turunan. “Untuk industri turunan, CPO sedikit tertekan karena negara tujuan ekspor tersebut mulai serius mengembangkan industri turunan,” jelas Max.Max pantas khawatir. Pasalnya, jika negara tujuan ekspor adalah negara berkembang, maka ekspor Indonesia lebih banyak berupa bahan mentah seperti CPO. Kondisi ini menurut Max harus segera diantisipasi dengan cara menurunkan Bea Keluar (BK) untuk industrui turunan agar bisa lebih kompetitif. “Terang saja dengan hitungan BK sekarang akan lebih murah mengekspor CPO,” kata Max.