Permintaan industri baja China kerek harga nikel



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan yang meningkat dari sektor industri baja China membuat harga nikel hari ini melonjak hampir 1%. Analis melihat, hingga akhir tahun nikel masih memiliki peluang menguat.

Mengutip Bloomberg, Kamis (19/10) harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Echange (LME) melambung 0,77% ke level US$ 11.740 per metrik ton. Dalam sepekan harga juga sudah melesat 3,02%. "Permintaan dari industri baja China meningkat, sehingga membuat harga naik," kata Andri Hardianto, Research & Analyst Asia Tradepoint Futures.

Sebagai informasi, pembuatan mobil listrik juga disebut sebagai salah satu sentimen positf untuk nikel. Pasalnya, produksinya membutuhkan banyak nikel sebagai bahan dasar baterai.


Andri juga menutukan, selain adanya tingkat permintaan, di bulan Agustus terdapat defisit nikel hingga 6.700 ton. Ini adalah data dari International Nickel Study Group (INSG). "Dengan adanya dua kombinasi dari katalis ini membuat harga nikel relatif stabil dan cenderung menguat," imbuh Andri.

Andri pun meramalkan, hingga akhir tahun nanti, harga nikel masih berpeluang bullish di area US$ 13.000 per metrik ton. "Rencana belanja infrastruktur China yang diprediksi akan dijalankan ini menyokong harga nikel dan juga harga komoditas lain," tandas Andri.

Namun, Andri juga tetap mengimbau untuk mewaspadai adanya tendensi yang dapat muncul dari dollar AS. "Kan ke depan akan ada normalisasi aset, kemudian soal kenaikan suku bunga, juga isu lolosnya rancangan anggaran fiskal 2018 yang di mana itu adalah kunci untuk lolosnya reformasi pajak," papar Andri.

Tak hanya itu saja, Andri juga bilang, ke depan fokus pasar akan ada pada pertumbuhan ekonomi China yang melambat. "Sebenarnya hasilnya sesuai ekspektasi, tapi ada perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan di kuartal-kuartal sebelumnya, ini bisa menjadi katalis negatif," ujarnya.

Lanjut Andri, masalah produksi dan juga tingkat permintaan juga masih menjadi salah satu katalis yang juga mesti diperhatikan oleh pasar. "Memang ada defisit, tapi defisit antara bulan Juli dan Agustus memiliki selisih kenaikan defisit sampai 1.000 ton. Tinggal ditunggu bulan September dan Oktober apakah nantinya akan ada kenaikan atau malah penurunan defisit," tuturnya.

Andri memprediksi, Senin (23/10) harga nikel masih mampu melanjutkan penguatan di rentang US$ 11.500 - US$ 11.800 per metrik ton dan US$ 11.350 - US$ 11.950 per metrik ton untuk sepekan ke depan.

Secara teknikal, Andri melihat, indikator moving average (MA) 50, MA100, dan MA200 mengindikasi sinyal beli. Begitu juga dengan indikator relative strength index (RSI) dan moving average convergence divergence (MACD) yang juga memberikan sinyal beli di area 68 dan 209. Namun, stochastic sudah berada di area 83,5 yang mengindikasi adanya overbought.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati