Permintaan jeblok, batubara anjlok



JAKARTA. Prospek batubara makin suram lantaran permintaan diprediksi menyusut.  Alhasil, harga emas hitam ini anjlok ke level terendah dalam lima tahun terakhir.Data Bloomberg menunjukkan, Selasa (4/3), harga batubara untuk kontrak pengiriman Maret 2014 di Bursa ICE Futures tergerus 0,78% menjadi US$ 76,1 per metrik ton (MT). Ini merupakan harga terendah sejak Maret 2009. Bahkan, sejak awal tahun ini, harganya sudah terpangkas sebesar 11,5%.Analis PT Megagrowth Futures, Wahyu Tribowo Laksono menjelaskan, tren harga batubara masih akan terkoreksi hingga akhir kuartal I-2014. Pemicu utama melemahnya harga batubara, karena China mengurangi impor. Asal tahu saja, Negeri Panda ini adalah importir terbesar batubara di dunia. China mulai mengurangi pembangunan pembangkit listrik berbasis batubara, dan mengalihkan ke energi yang lebih bersih, seperti air, angin, dan nuklir. Di sisi lain, China  masih punya banyak cadangan batubara. "Akibatnya, terjadi perubahan tingkat permintaan dari negara ini," jelas Wahyu, Rabu (5/3). Pengamat komoditas, Renji Betari menilai, harga batubara melandai karena dollar AS cenderung menguat terhadap mata uang emerging market. Penguatan dollar menyebabkan eksportir menahan penjualan. Meski eksportir mengurangi penjualan, namun, stok global masih banyak. Maklum, stok melimpah, karena sebelumnya para produsen batubara gencar mendongkrak produksi mereka.Namun, Renji bilang, meski terkoreksi, harga saat ini masih relatif stabil dalam tiga bulan terakhir, yaitu di kisaran US$ 76,0-US$ 85 per MT. "Selama ini, ekspektasi pelaku pasar cukup tinggi, yaitu memproyeksikan harga tahun ini sampai di level US$ 100 per MT, karena kenaikannya sudah ketinggalan dibanding komoditas lain," ujarnya.Bisa konsolidasiWahyu bilang, sampai akhir pekan ini, harga batubara akan digerakkan data penting dari AS. Salah satunya, rilis data non-farm payroll dan pertumbuhan domestik bruto (PDB) kuartal IV-2013. Kedua data ini diperkirakan bagus. Jika sesuai perkiraan, dollar AS akan menguat. "Ini berimbas negatif pada harga batubara,"  ujarnya.Namun, secara teknikal, Wahyu bilang, harga saat ini sudah jenuh jual (oversold).  Indikator relative strength index (RSI) menginjak level 33%, dan stochastic sudah di level 13%. Sedangkan, indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area negatif, minus 1,87. Adapun, harga bergerak di bawah moving average (MA) 50 (78,70), MA 100 (80,22) dan MA 200 (81,82).Maka, prediksi Wahyu, sepekan ini, harga batubara akan cenderung konsolidasi di kisaran US$ 72-US$ 74 per MT.  Adapun, sampai akhir kuartal pertama tahun ini, harga batubara bisa bergulir di US$ 68-US$ 76 per MT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini