KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini utilisasi produksi pabrik kabel Indonesia terus meningkat. Permintaan dari kabel proyek pemerintah khususnya dalam proyek listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Noval Jamalullail, Ketua Umum Asosiasi Pabrik Kabel Listrik Indonesia (Apkabel) mengatakan kebutuhan dari PLN tahun ini membuat permintaan kabel naik 20%. Imbasnya komposisi produksi nasional yang biasanya 50% swasta dan 50% pemerintah menjadi berubah.
"Sekarang 60% bisa dari PLN saja sedangkan 40% kebutuhan untuk swasta," kata Noval kepada KONTAN, Selasa (18/12). Menurut Noval utilisasi pabrik aluminium bisa mencapai 90%. Sedangkan utilisasi untuk pabrik tembaga mencapai 75% dari kapasitas pabrik. Menurut, Noval tahun 2019 bila proyek PLN jalan terus kebutuhan nasional diprediksi bisa terus naik 10%. "Sedangkan untuk kebutuhan kabel tembaga dari swasta masih
wait and see karena melihat kondisi perekonomian dan kondisi pemilu. Sebab kebutuhan kabel tembaga kebanyakan untuk ritel yang membutuhkan kabel tegangan rendah." papar Noval. Adapun tahun ini kapasitas produksi nasional terus naik karena investasi baru dari Tiongkok. Yakni PT. Yangtze Optics Indonesia (YOI) dan PT ZTT Cable Indonesia , Pada awal tahun misalnya PT Yangtze Optics Indonesia (YOI) baru saja ekspansi pabrik. PT. YOI merupakan perusahaan patungan antara Yangtze Optical Fibre and Cable (YOFC) asal Tiongkok dengan perusahaan nasional, PT Fiber Optik Teknologi Indonesia (FOTI). Dari catatan Kementerian Perindustrian pada tahun 2016, PT YOI telah berperan serta dalam membangun industri fiber optik core di Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 3 juta km per tahun, menjadikan pabrik fiber optik core pertama dan satu-satunya di ASEAN. Sementara itu, untuk pabrik barunya dengan kapasitas produksi 2 juta km per tahun, membuat PT YOI sebagai perusahaan kabel serat optik terbesar di Indonesia. Pada September lalu, Pabrik Kabel Serat Optik PT ZTT Cable Indonesia resmi selesai dibangun di Karawang. PT ZTT Indonesia merupakan bagian unit usaha dari Jiangsu Zhongtian Technology yang didirikan di Jiangsu, China pada tahun 1978. Adapun pabrik ZTT Indonesia memiliki kapasitas produksi untuk kabel serat optik sebanyak 1 juta km per tahun, serat optik sebanyak 3 juta meter per tahun dan ground wire sebanyak 2 juta meter per tahun. Bahkan, dengan dibangunnya pabrik baru ini diperkirakan dapat mengurangi impor kabel serat optik sebesar 8% sampai 10% dari kebutuhan per tahun sehingga bisa menghemat devisa hingga US$ 500 juta. Adapun saat ini, kebutuhan kabel serat optik di Indonesia mencapai 9 juta km per tahun. Perusahaan ini juga memproduksi perlengkapan dan aksesoris jaringan listrik. Misalnya, konduktor listrik sebanyak 20 ribu ton per tahun dan kabel fitting sebanyak 150 ribu set per tahun. Basis pelanggan perusahaan terutama ditujukan untuk pasar nasional dan Asia Tenggara.
Sedangkan untuk tahun depan Noval mengaku ada dua perusahaan asal Korea Selatan yang mau berinvestasi di sektor kabel. Perusahaan Negeri Ginseng yang telah komitmen berinvestasi yakni LS Cable & System yang bermitra dengan PT Artha Metal Sinergi untuk pengembangan sektor industri kabel listrik senilai US$ 50 juta di Karawang, Jawa Barat. "Selain itu ada TBEA yang akan bangun pabrik aluminium untuk medium voltage. Kapasitas keduanya kami belum tahu karena belum mulai bangun pabrik," papar Noval. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto