Permintaan karet Argentina tak pengharuhi harga



JAKARTA. Kementerian Luar Negeri menyatakan, karet Indonesia merupakan komoditas primadona di Argentina. Dalam situs resminya, pekan lalu, Fate S.A.I.C.I (Fate), salah satu perusahaan penghasil ban kendaraan bermotor di Argentina bahkan menggunakan hampir 90% bahan baku karet dari Indonesia.

Meski menjadi bahan baku favorit, Suharto Honggokusumo, Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) berpendapat, jumlah konsumsi karet alami dari Argentina masih tergolong rendah dibandingkan negara lainnya. Karena itu, besaran jumlah impor yang dilakukan Argentina belum bisa mempengaruhi kenaikan harga karet di Indonesia.

"Jika ada perkiraan demand yang kuat, dapat digunakan spekulan untuk spekulasi harga dewasa ini. Tapi, stok di negara-negara konsumen besar terutama China sedang tinggi sehingga tidak mungkin permintaan Argentina dapat mendongkrak harga," jelas Suharto kepada KONTAN, saat dihubungi pada Senin (10/07).


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga 2016, volume ekspor karet alam Indonesia ke Argentina sebesar 27.987 ton dengan nilai US$ 36,35 juta. Di tahun 2016, konsumsi karet alam Argentina total sebesar 38.800 ton.

Penggunaan karet di Argentina masih jauh lebih rendah dibanding negara lain. Untuk periode yang sama, Jepang mengkonsumsi karet alami sebesar 6,77 juta ton, sedangkan China 4,79 juta ton.

Suharto menuturkan, banyak faktor yang dapat mempengaruhi harga karet. Faktor fundamenal misalnya, pertumbuhan ekonomi dunia, harga minyak mentah yang menjadi bahan baku karet sintetik dan bahan bakar industri, nilai tukar dollar AS terhadap yen dan yuan. Faktor nonfundamental lainnya, pengaruh cuaca yang mampu mempengaruhi persediaan karet.

Berdasarkan penjelasan Suharto, harga karet di Indonesia akan mengikuti harga internasional. Sementara itu harga di tingkat petani akan mengikuti harga yang ditentukan oleh pengulak.

"Saat ini harga karet sebesar US$ 1,9/kg untuk jenis RSS (ribbed smoked sheet). Harga karet rakyat di pintu pabrik dengan 100% kadar karet senilai Rp 12.000. Kalau harganya Rp 6.000 - Rp 6.500 karena kadar karetnya hanya 50%," jelas Suharto.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia