JAKARTA. Kementerian Luar Negeri menyatakan, karet Indonesia merupakan komoditas primadona di Argentina. Dalam situs resminya, pekan lalu, Fate S.A.I.C.I (Fate), salah satu perusahaan penghasil ban kendaraan bermotor di Argentina bahkan menggunakan hampir 90% bahan baku karet dari Indonesia. Meski menjadi bahan baku favorit, Suharto Honggokusumo, Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) berpendapat, jumlah konsumsi karet alami dari Argentina masih tergolong rendah dibandingkan negara lainnya. Karena itu, besaran jumlah impor yang dilakukan Argentina belum bisa mempengaruhi kenaikan harga karet di Indonesia. "Jika ada perkiraan demand yang kuat, dapat digunakan spekulan untuk spekulasi harga dewasa ini. Tapi, stok di negara-negara konsumen besar terutama China sedang tinggi sehingga tidak mungkin permintaan Argentina dapat mendongkrak harga," jelas Suharto kepada KONTAN, saat dihubungi pada Senin (10/07).
Permintaan karet Argentina tak pengharuhi harga
JAKARTA. Kementerian Luar Negeri menyatakan, karet Indonesia merupakan komoditas primadona di Argentina. Dalam situs resminya, pekan lalu, Fate S.A.I.C.I (Fate), salah satu perusahaan penghasil ban kendaraan bermotor di Argentina bahkan menggunakan hampir 90% bahan baku karet dari Indonesia. Meski menjadi bahan baku favorit, Suharto Honggokusumo, Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) berpendapat, jumlah konsumsi karet alami dari Argentina masih tergolong rendah dibandingkan negara lainnya. Karena itu, besaran jumlah impor yang dilakukan Argentina belum bisa mempengaruhi kenaikan harga karet di Indonesia. "Jika ada perkiraan demand yang kuat, dapat digunakan spekulan untuk spekulasi harga dewasa ini. Tapi, stok di negara-negara konsumen besar terutama China sedang tinggi sehingga tidak mungkin permintaan Argentina dapat mendongkrak harga," jelas Suharto kepada KONTAN, saat dihubungi pada Senin (10/07).