Permintaan Karet China Naik, Harga pun Mekar



JAKARTA. Pada penutupan transaksi di bursa Indonesia Commodity Exchange (ICE) Futures akhir pekan lalu, harga kontrak karet naik 0,6% menjadi US$ 2.955 per ton untuk pengiriman bulan Desember 2010. Peningkatan tersebut dipicu adanya spekulasi bahwa China akan mengerek permintaan karetnya. Selain itu, produksi karet dunia juga menyusut sehingga persediaan pun mengkerut.Menurut data persediaan karet yang dipantau Tokyo Commodity Exchange, stok karet dunia anjlok ke level terendah dalam sembilan tahun terakhir. “Persediaan karet alam yang dipantau bursa Tokyo turun 29% menjadi 1.341 ton pada akhir Juli ini,” jelas analisis Bappebti tersebut.Sementara itu, di Indonesia, harga karet asalan pada tingkat pedagang pengumpul di Bengkulu juga mengalami kenaikan menjadi Rp 11.000 dari sebelumnya Rp 10.500 per kilogram. Naiknya harga karet slab basah itu dipengaruhi pasokan dari petani yang juga menurun akibat adanya pengaruh musim yang tidak menentu terutama musim penghujan akhir-akhir ini.Dampak musim hujan tersebut dimanfaatkan oleh petani yang memilih tidak menjual produksinya dalam jumlah banyak dan cenderung menyimpan sembari menunggu harga membaik. Saat ini, luas tanaman karet di Bengkulu tercatat 118.616 hektare, dengan produksi sekitar 80.339 ton per tahun dan melibatkan 60.173 kepala keluarga (KK) petani.Hal yang sama juga terjadi di Jambi, harga karet slab bersih di Jambi juga mengalami kenaikan karena permintaan di pasaran berangsur meningkat setelah beberapa hari sebelumya cenderung stabil. Harga karet yang merupakan komoditas andalan Provinsi Jambi itu naik Rp 50/kg hingga Rp 100/kg.Harga karet alam jenis slab bersih 100 persen kadar Karet kering (KKK) naik menjadi Rp 23.700/kg dari Rp 23.600/kg, slab bersih 70 persen jadi Rp 16.590/kg dan slab bersih 50 persen ditawarkan Rp 11.850/kg. Sementara harga jual di tingkat petani ke pedagang pengumpul setempat masih Rp 11.500/kg hingga Rp12.000/kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: