Permintaan ke Eropa bakal melesu, ekspor buah dan sayur lokal bisa terdongkrak



JAKARTA. Penyebaran bakteri Escherichia coli (E. coli) yang terdapat pada produk pertanian yang ditemukan di Jerman dan negara-negara Eropa berpotensi membuat penjualan sayuran dari Eropa melesu. Hal ini sedikit banyak akan memberikan dampak positif bagi produk sayuran lokal. Selain masyarakat Indonesia akan memilih mengonsumsi sayur-sayuran lokal ketimbang dari impor, ekspor produk pertanian pun berpotensi mengalami kenaikan.Menurut Hasan Widjaja Ketua Asosiasi Eksportir Sayuran dan Buah Indonesia, dengan adanya peristiwa ini, ada kemungkinan pula ekspor sayuran khususnya ke Singapura bisa meningkat. “Karena selama ini ekspor sayuran Indonesia lebih banyak ke Singapura ketimbang negara-negara Eropa,” ujarnya tanpa menyebut berapa besar kenaikan yang bisa terjadi, hari ini (7/6). Selama ini, 10% dari total konsumsi buah dan sayur masyarakat Singapura yang mencapai 1,3 ton berasal dari Indonesia. Kita selama ini banyak mengekspor sayur-sayuran seperti kol dan sawi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor buah periode Januari-April 2011 saja naik 49% menjadi US$ 119,16 juta dari US$ 79,90 juta pada periode yang sama di 2010. Sementara itu, untuk sayuran, ekspor periode Januari-April 2011 sebesar US$ 26,33 juta naik tipis dari 22,43 juta pada empat bulan pertama di 2010. Ekspor buah ke Eropa selama ini tidak dominan karena para produsen lokal belum memiliki sertifikat Good Agriculture Practices (GAP) yang digunakan sebagai syarat impor buah dan sayur ke Eropa. "Sehingga bisa dibilang ekspor sayuran dan buah-buahan kita ke sana sangat kecil," tambahnya.Berkoordinasi dengan badan karantinaAkibat peristiwa mewabahnya bakteri E. coli ini, Pemerintah Indonesia pun sudah mengambil ancang-ancang antisipasi. Sebab tak sedikit pasokan buah dan sayur di Indonesia berasal dari negara-negara Eropa. Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak bilang, pemerintah akan berkoordinasi dengan badan karantina untuk melakukan pemindaian sayuran dan buah-buahan asal Eropa. “Kita akan lakukan pengawasan di pintu masuk buah dan sayur impor seperti di pelabuhan-pelabuhan,” ujarnya. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada 2010 nilai impor sayuran asal Eropa mencapai US$ 4,3 juta. Sementara pada Januari-Maret 2011 mencapai US$ 1,8 juta yang umumnya berasal dari Inggris, Belanda, Prancis, dan sedikit dari Jerman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini