KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meningkatnya permintaan kendaraan listrik berdampak positif bagi PT Vale Indonesia Tbk (
INCO). Sebab, peningkatan itu tentu mengerek permintaan terhadap bahan baku produksinya, termasuk nikel. Naiknya permintaan terhadap nikel membuat harganya cukup kuat di akhir tahun 2022, yaitu sebesar US$ 29.325 per ton pada bulan Desember dan US$ 26.170 per ton selama tahun 2022. Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo mengatakan, penguatan harga nikel disebabkan beberapa faktor. Pemulihan ekonomi China hingga stimulus terhadap sektor properti nikel, seperti pasar kendaraan listrik menjadi penyokong utama kenaikan harga nikel.
Permintaan yang tinggi itu dibarengi dengan rendahnya persediaan nikel di London Metal Exchange (LME) yang terus turun sebesar 46,5% YoY menjadi 54.000 ton.
Baca Juga: Saham Tambang Mineral Dipoles Kabar Elon Musk Masuk Indonesia Thomas menyebut, pasar nikel masih akan berada dalam kondisi surplus. Surplus pasar nikel disebabkan oleh investasi industri tiga tahun terakhir yang mulai menghasilkan. Sementara permintaan belum tentu menyusul kenaikan produksi. Hal ini memicu penurunan harga nikel dalam jangka pendek. "Tapi mengingat perkembangan terakhir, kami mengerek prediksi harga nikel acuan tahun ini dan tahun depan menjadi US$ 23.500 dan US$ 23.800 per ton," ungkap Thomas dalam riset 10 Januari 2023. Selain mengerek asumsi harga patokan nikel, Ciptadana pun menaikkan prediksi harga jual rata-rata serta pendapatan INCO tahun 2002-2024 masing-masing 11,8%, 7,5%, dan 6,3%.
Baca Juga: Emiten Logam & Emas Berseri, Simak Rekomendasi Saham Pilihan Berikut Ciptadana meramal, harga jual rata-rata INCO tahun 2022 sebesar US$ 19.676 per ton dan menghasilkan pendapatan US$ 1,24 miliar. Sedangkan harga jual rata-rata Vale tahun ini diperkirakan US$ 17.625 per ton dan menghasilkan pendapatan US$ 1,27 miliar. Harga jual rata-rata INCO tahun depan diprediksikan US$ 17.850 per ton dengan pendapatan US$ 1,28 miliar. Prediksi tersebut dengan menggunakan asumsi produksi dan penjualan nikel INCO 63.080 metrik ton di tahun lalu. Ciptadana memperkirakan produksi dan penjualan nikel INCO tahun ini dan tahun depan sama, yakni 71.820 metrik ton.
Baca Juga: APNI Sebut Ada Aktivitas Pertambangan Ilegal di Blok Pomalaa Vale Indonesia (INCO) Thomas mengatakan, proses divestasi 11% saham INCO ke Mind ID sebagai syarat perpanjangan Kontrak Karya (KK) juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Hal itu pun memastikan kemajuan perpanjangan KK INCO yang dijadwalkan berakhir pada 28 November 2025. Sebagai informasi, divestasi INCO merupakan persyaratan bagi perusahaan untuk memperpanjang masalah perizinannya. Untuk itu, izin INCO nantinya harus berubah menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Selain itu, pemerintah juga mengumumkan akan meluncurkan subsidi kendaraan listrik pada tahun 2023. Menko Kemaritiman dan Investasi berkomentar bahwa subsidi akan berkisar Rp 80 juta per unit untuk mobil dan Rp 8 juta per unit untuk sepeda motor.
Baca Juga: MIND ID Akuisisi 11% Saham INCO, Pengamat: Penting Bagi Hilirisasi Nikel Nasional Menurut Thomas, insentif EV dapat meningkatkan permintaan EV dan permintaan nikel untuk baterai EV.
“Ini menjadi pertanda baik bagi perusahaan nikel untuk memberikan kepastian kepada para konsumen atas produk nikel yang dihasilkan,” ungkap dia. Thomas merekomendasikan
buy untuk INCO dengan target harga di Rp 8.700 per saham. Target harga ini naik dari sebelumnya Rp 7.400 per saham. Menurut dia, INCO masih akan positif dalam kemampuan produksi nikel serta memastikan pertumbuhan laba dalam jangka menengah. “Kami kembali merekomendasikan
buy pada INCO, karena target harga INCO kami proyeksikan masih menawarkan kenaikan 17,2% dari harga saham saat ini,” kata Thomas. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati