Permintaan Lahan Industri dan Gudang Diprediksi Turun pada 2024, Begini Kata Analis



KONTAN.CO.ID  - JAKARTA. Permintaan lahan kawasan industri dan gudang diprediksi turun di tahun 2024. Tahun ini, tingkat kekosongan gudang sewa di Jabodetabek meningkat.

Director of Strategic Consulting of Cushman & Wakefield Arief Rahardjo menilai, keterbatasan pasokan lahan industri masih menjadi tantangan bagi pengembang untuk menemukan lokasi yang sesuai untuk perluasan cadangan lahan.

Pada tahun ini, telah terjadi penambahan lahan industri sebesar 315 hektar, termasuk tambahan pasokan sebesar 145 hektar di Jatiluhur Industrial Smart City, Kabupaten Purwakarta dan Krakatau Industrial Estate Tahap 2 seluas 100 hektar di Cilegon. 


Baca Juga: Pengembang Kawasan Industri Masih Fokus di Jawa

Arief mencatat terdapat 70 hektar lainnya, yang merupakan merupakan ekspansi dari dua kawasan Industri di area Bekasi, di masa mendatang. Lalu, Sekitar 250 hektar pasokan lahan industri diperkirakan akan memasuki pasar pada tahun 2024.

"Diperkirakan paling banyak akan datang dari kawasan industri di Bekasi, Karawang, dan sekitarnya," kata Arief dalam riset Cushman & Wakefield 7 Desember 2023.

Namun, tingkat kekosongan gudang sewa di Jabodetabek justru meningkat karena 

adanya pasokan baru dan menciptakan persaingan pasar yang tinggi. Pada tahun 2024, tingkat kekosongan gudang diperkirakan tidak akan mengalami banyak perubahan dibandingkan tahun sebelumnya karena tingginya persaingan dan pasokan baru tersebut.

Harga sewa pun diperkirakan akan tetap kompetitif dan bertahan di level saat ini, yaitu sebesar Rp 78.000 per m², per bulan. "Pada tahun 2024, pasokan gudang baru diperkirakan akan bertambah sebesar 280,000 m²," tutur Arief.

Arief bilang, rata-rata harga lahan industri pada saat ini berada di angka Rp 2.695.000 per m², naik sekitar 3,1% dari tahun lalu. Peningkatan harga tanah industri diperkirakan akan tetap terjadi di tahun 2024, namun hanya terbatas pada lokasi yang banyak diminati.

Salah satu emiten kawasan industri, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) tercatat membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp 3,02 triliun. Angka ini lebih tinggi 22,3% dari semula Rp 2,46 triliun pada periode yang sama tahun 2022. 

 
SSIS Chart by TradingView

Pertumbuhan pendapatan SSIA hingga September lalu, didorong oleh kinerja yang kuat dan berkelanjutan pada sektor perhotelan. Di mana, angkanya bertumbuh 76,7% secara tahunan (YoY).

Head Customer Literation and Education dari Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi melihat, tren aktivitas industri manufaktur Indonesia masih dalam zona ekspansif sampai dengan sembilan bulan pertama 2023.

"Hal ini mendorong sentimen positif untuk SSIA dengan terlihat dari pendapatan propertii pada kawasan industri di Karawang yang mencatatkan kenaikan sebesar 13% YoY menjadi Rp 414 miliar," kata Oktavianus kepada Kontan.co.id, Jumat (8/12).

Menurutnya, hal tersebut juga sejalan dengan pendapatan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dari kawasan industri JIIPE di Gresik yang alami kenaikan dan menyumbang 16% gross profit AKRA selama sembilan bulan pertama 2023 dari periode sebelumnya yang hanya sebesar 5%.

"Kami melihat potensi kawasan industri akan tetap tinggi dengan tujuan efisiensi biaya logistik," jelasnya.

 
AKRA Chart by TradingView

Berdasarkan data Bappenas sudah terjadi penurunan biaya logistik dari 24% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2020 menjadi 14,29% dari PDB di 2023.

Untuk tahun 2024, Oktavianus menilai masih ada potensi pertumbuhan kinerja emiten industri dan akan tetap positif, seiring dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi tumbuh 5,2% dari pemerintah. Serta didukung oleh pengetatan kebijakan moneter yang diperkirakan mulai longgar di kuartal I-2023.

"Sedangkan di sisi lain, pemilu akan membuat investor akan cenderung wait and see menanti arahan kebijakan, khususnya ekonomi dan perdagangan," paparnya.

Oktavianus merekomendasikan buy terhadap saham AKRA dengan target harga Rp 1.620 per saham dan buy pada saham SSIA dengan target harga Rp 525 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .