JAKARTA. Lelang surat utang negara (SUN) mengalami kelebihan permintaan lebih dari dua kali. Permintaan mencapai Rp 16,34 triliun. Dari total permintaan yang masuk, pemerintah hanya mengambil Rp 8,5 triliun. Angka ini lebih tinggi dibanding target awal Rp 7 triliun. Dalam lelang kali ini, pemerintah menawarkan satu seri surat utang bertenor setahun dan tiga seri SUN acuan. Keempat seri tersebut adalah Seri SPN12140116 bertenor satu tahun, seri FR0066 bertenor lima tahun, seri FR0063 bertenor 10 tahun, dan seri FR0064 bertenor 15 tahun.
Permintaan yang masuk dalam lelang kali ini mirip dengan lelang perdana 15 Januari lalu di angka Rp 17 triliun. Kala itu, pemerintah hanya mengambil Rp 9 triliun.
Head of Debt Capital Market BCA Securities Herdi Ranu Wibowo mengatakan, lelang kali ini diramaikan oleh investor domestik, terutama perbankan yang masuk untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas di awal tahun. Menurut dia, likuiditas perbankan hingga akhir kuartal I ini masih cukup tinggi karena penyaluran kredit biasanya baru kencang pada kuartal II. "Sehingga kelebihan likuiditas akan dimanfaatkan dengan masuk ke SUN," ujar Herdi, Selasa (29/1). Tren harga SUN yang menunjukkan kenaikan pada pekan terakhir ini juga memicu minat investor untuk masuk ke lelang SUN. Selain itu, kata Herdi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan tanda-tanda penguatan juga menambah optimisme investor terhadap instrumen surat utang pemerintah itu. "Dari sisi pemerintah, permintaan yang sangat besar melalui lelang dimanfaatkan dengan menyerap lebih banyak dari target yang dipasang sebelumnya," kata Herdi. Herdi menambahkan, pemerintah menerapkan strategi
front loading atau memperbesar penyerapan di awal tahun, tapi tetap dengan pertimbangan
yield yang diminta investor masih wajar. Ia menduga, harga SUN di pasar sekunder masih akan melanjutkan tren kenaikan hingga Februari. Lelang sukuk perdana Pekan depan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan akan menggelar lelang surat berharga syariah negara atau sukuk negara. Dalam pengumuman, DJPU menargetkan pencapaian dana Rp 1,5 triliun pada lelang Februari mendatang. Peserta lelang sukuk negara sebanyak 17 institusi yang terdiri dari 13 bank dan empat perusahaan efek. Pemerintah menawarkan seri baru surat perbendaharaan negara syariah SPN-S 06082013 yang jatuh tempo 6 Agustus 2013. Aset dasar SPN syariah ini adalah barang milik negara berupa tanah dan bangunan.
DJPU juga menawarkan empat seri lama sukuk negara, yaitu PBS001 yang jatuh tempo Februari 2018, PBS002 jatuh tempo Januari 2022, PBS003 jatuh tempo Januari 2027, dan PBS004 jatuh tempo 2037. Keempat sukuk ini memiliki aset dasar proyek atau kegiatan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2013. Direktur Pembiayaan Syariah DJPU Dahlan Siamat mengatakan, sebagian penerbitan sukuk negara tahun ini untuk pembiayaan proyek. Di antaranya, untuk mendukung pembangunan rel ganda Cirebon-Kroya. Total nilai proyek mencapai Rp1,7 triliun dan telah mendapatkan persetujuan DPR. Dahlan menjelaskan, rel ganda Cirebon-Kroya merupakan proyek
multiyears. "Proyek yang akan dibiayai dengan sukuk negara harus benar-benar sudah 100% siap, terutama dalam hal pembebasan lahan," ungkap Dahlan, Minggu (27/1). Kesiapan proyek merupakan pertimbangan penting karena proyek tersebut menjadi aset dasar.
Hasil Lelang Surat Utang Negara |
| | | | |
Seri | SPN12140116 | FR0066 | FR0063 | FR0064 |
Permintaan masuk | Rp 4,7 triliun | Rp 2,32 triliun | Rp 5,53 triliun | Rp 3,79 triliun |
Dimenangkan | Rp 1 triliun | Rp 2,15 triliun | Rp 2,7 triliun | Rp 2,65 triliun |
Yield tertinggi dimenangkan | 4,34% | 4,75% | 5,25% | 5,94% |
Yield rata-rata tertimbang | 4,33% | 4,67% | 5,21% | 5,92% |
Yield pasar sekunder (29/1) | - | 4,709% | 5,168% | 5,906% |
| | | | |
sumber: DJPU, Bloomberg | | | | |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati