KONTAN.CO.ID - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatatkan penurunan laba bersih secara tahunan. Capaian tersebut berarti di bawah ekspektasi para analis. Mereka menduga, permintaan terhadap semen masih akan lesu pada kuartal selanjutnya. Chandra S Pasaribu, Analis Indopremier Sekuritas dalam risetnya mengatakan, ketatnya persaingan di industri semen memengaruhi kinerja emiten berkode saham INTP ini. Mengacu laporan keuangan emiten, sepanjang semester I/2017 INTP membukukan penurunan laba bersih sebesar 46,3% (YoY), meski ada pertumbuhan sebesar 31,2% jika dibandingkan kuartal sebelumnya. "Rendahnya pencapaian tersebut dikarenakan turunnya volume dan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP)," ujar Chandra dalam risetnya. Yuni, Analis NH Korindo Sekuritas menambahkan, pada kuartal II/2017, posisi ASP kurang dari Rp 800 ribu untuk pertama kalinya, setelah pada akhir 2016, INTP memperkenalkan Semen Rajawali, produk baru dengan harga jual yang lebih rendah. Sejalan dengan penurunan tersebut, pangsa pasar INTP juga turun menjadi 24,2% pada kuartal II/2017. Namun, posisi tersebut kembali bergerak naik pada Juli 2017, di level 24,7% yang ditopang oleh kenaikan pangsa pasar di tiga provinsi, yakni Banten, Jakarta, dan Jawa Barat. "Hal ini menghentikan penurunan pangsa pasar INTP yang telah terjadi sejak satu terakhir," tulis Yuni dalam riset yang diterima KONTAN, Jumat (11/8). Kendati begitu, Chandra optimistis bahwa INTP masih tetap bertahan di tengah kondisi kelebihan pasokan. Pertumbuhan sektor properti, utamanya dari belanja infrastruktur menurutnya bakal mengerek permintaan semen. Mereka merekomendasikan hold saham INTP. Adapun Chandra memasang target harga Rp 15.900 per saham. Sementara Yuni memasang target Rp Rp 19.275 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Permintaan Lesu, analis sarankan hold saham INTP
KONTAN.CO.ID - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatatkan penurunan laba bersih secara tahunan. Capaian tersebut berarti di bawah ekspektasi para analis. Mereka menduga, permintaan terhadap semen masih akan lesu pada kuartal selanjutnya. Chandra S Pasaribu, Analis Indopremier Sekuritas dalam risetnya mengatakan, ketatnya persaingan di industri semen memengaruhi kinerja emiten berkode saham INTP ini. Mengacu laporan keuangan emiten, sepanjang semester I/2017 INTP membukukan penurunan laba bersih sebesar 46,3% (YoY), meski ada pertumbuhan sebesar 31,2% jika dibandingkan kuartal sebelumnya. "Rendahnya pencapaian tersebut dikarenakan turunnya volume dan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP)," ujar Chandra dalam risetnya. Yuni, Analis NH Korindo Sekuritas menambahkan, pada kuartal II/2017, posisi ASP kurang dari Rp 800 ribu untuk pertama kalinya, setelah pada akhir 2016, INTP memperkenalkan Semen Rajawali, produk baru dengan harga jual yang lebih rendah. Sejalan dengan penurunan tersebut, pangsa pasar INTP juga turun menjadi 24,2% pada kuartal II/2017. Namun, posisi tersebut kembali bergerak naik pada Juli 2017, di level 24,7% yang ditopang oleh kenaikan pangsa pasar di tiga provinsi, yakni Banten, Jakarta, dan Jawa Barat. "Hal ini menghentikan penurunan pangsa pasar INTP yang telah terjadi sejak satu terakhir," tulis Yuni dalam riset yang diterima KONTAN, Jumat (11/8). Kendati begitu, Chandra optimistis bahwa INTP masih tetap bertahan di tengah kondisi kelebihan pasokan. Pertumbuhan sektor properti, utamanya dari belanja infrastruktur menurutnya bakal mengerek permintaan semen. Mereka merekomendasikan hold saham INTP. Adapun Chandra memasang target harga Rp 15.900 per saham. Sementara Yuni memasang target Rp Rp 19.275 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News