JAKARTA. Perlambatan ekonomi masih menggerus harga logam industri. Kondisi ini diperparah dengan spekulasi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika alias The Fed. Mengutip Bloomberg, Selasa (14/7) pukul 12.26 WIB, kontrak pengiriman tiga bulan nikel di London Metal Exchange (LME) turun 2,3% ketimbang hari sebelumnya menjadi US$ 11.485 per metrik ton. Dibandingkan posisi awal tahun 2015, harga nikel sudah anjlok 22,55%. Seirama dengan nikel, harga tembaga juga terkoreksi 0,4% menjadi US$ 5.568 per metrik ton. Bahkan secara year to date, harga tembaga terlempar 6,93%. Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menjelaskan, ada tiga faktor yang menyeret harga logam industri. Pertama, perlambatan ekonomi China sebagai konsumen terbesar komoditas. Menurut survey Bloomberg terhadap para ekonom, di kuartal kedua tahun 2015, perekonomian China hanya tumbuh 6,8%, lebih rendah ketimbang posisi kuartal sebelumnya yang tercatat 7%. “Ini menandakan lemahnya permintaan metal industri dari China,” tuturnya.
Permintaan logam lemah, nikel dan tembaga lesu
JAKARTA. Perlambatan ekonomi masih menggerus harga logam industri. Kondisi ini diperparah dengan spekulasi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika alias The Fed. Mengutip Bloomberg, Selasa (14/7) pukul 12.26 WIB, kontrak pengiriman tiga bulan nikel di London Metal Exchange (LME) turun 2,3% ketimbang hari sebelumnya menjadi US$ 11.485 per metrik ton. Dibandingkan posisi awal tahun 2015, harga nikel sudah anjlok 22,55%. Seirama dengan nikel, harga tembaga juga terkoreksi 0,4% menjadi US$ 5.568 per metrik ton. Bahkan secara year to date, harga tembaga terlempar 6,93%. Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menjelaskan, ada tiga faktor yang menyeret harga logam industri. Pertama, perlambatan ekonomi China sebagai konsumen terbesar komoditas. Menurut survey Bloomberg terhadap para ekonom, di kuartal kedua tahun 2015, perekonomian China hanya tumbuh 6,8%, lebih rendah ketimbang posisi kuartal sebelumnya yang tercatat 7%. “Ini menandakan lemahnya permintaan metal industri dari China,” tuturnya.