Permintaan Lokal Naik, Asosiasi Kopi Sebut Tahun Depan Fokus ke Kebutuhan Domestik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri kopi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan pesat, baik dari segi produksi maupun konsumsi. 

Daryanto Witarsa, Chairman of Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI), mengungkapkan bahwa maraknya kedai kopi yang tumbuh di seluruh Indonesia mengindikasikan peningkatan konsumsi domestik yang signifikan. Namun, muncul pertanyaan terkait apakah produksi kopi dalam negeri dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat ini, baik dari industri dalam negeri maupun pasar internasional.

Produksi kopi Indonesia saat ini didominasi oleh jenis Robusta dan Arabica. Menurut Daryanto, sekitar 20 persen produksi kopi Indonesia adalah Arabica, sementara Robusta mendominasi sisanya. 


Seiring dengan peningkatan ekspor, terutama ke Amerika Serikat, Eropa, dan China, kebutuhan untuk memenuhi pasar domestik juga semakin tinggi. 

"Konsumsi kopi domestik kita naik, dan pelan-pelan mungkin Indonesia bisa lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan dalam negeri," ungkapnya kepada KONTAN, Kamis (24/10).

Meski ekspor kopi Indonesia masih kuat, terutama dengan peningkatan permintaan global, Daryanto tidak menutup kemungkinan bahwa di masa depan, produksi kopi Indonesia akan lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Ini sejalan dengan arahan pemerintah sebelumnya yang mendorong peningkatan konsumsi domestik.

Baca Juga: Lonjakan Harga Dorong Pertumbuhan Kinerja Ekspor Kopi Indonesia

Terkait impor kopi, Indonesia memang masih mengimpor kopi, tetapi jumlahnya relatif kecil. Menurut Daryanto, impor kopi dilakukan oleh beberapa perusahaan untuk kebutuhan blending, dengan tujuan mendapatkan cita rasa yang berbeda dari jenis kopi yang ada di Indonesia. 

"Impor kopi masih tidak banyak, hanya untuk blending, biasanya jenis kopi Arabica yang diimpor untuk menambah variasi rasa," tambahnya.

Meski demikian, data pasti terkait volume impor masih perlu dikonfirmasi lebih lanjut dari Kementerian Perdagangan.

Di sisi lain, harga komoditas kopi yang meningkat dalam dua tahun terakhir memberikan dampak positif bagi petani kopi. Peningkatan harga ini memberikan insentif lebih bagi petani untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi mereka. 

"Ini baik untuk petani, karena dengan harga yang meningkat, mereka bisa lebih sejahtera," jelas Daryanto.

Namun, tantangan yang muncul adalah bagaimana mengelola pasokan agar tetap bisa memenuhi kebutuhan domestik tanpa harus terlalu bergantung pada impor. Kemudian tantangan lain juga datang dari pengelolaan keseimbangan antara ekspor dan pemenuhan kebutuhan domestik tetap menjadi fokus utama bagi industri kopi. 

Dengan Indonesia saat ini menjadi negara pengekspor kopi terbesar keempat di dunia, target untuk naik ke peringkat ketiga menjadi salah satu tujuan jangka panjang SCAI. 

Untuk mendukung perkembangan industri kedai kopi yang semakin marak, Daryanto menekankan pentingnya edukasi bagi para pelaku usaha, terutama UMKM.  Asosiasi terus berupaya memberikan panduan kepada pemilik kedai kopi baru agar tidak hanya sekadar membuka kedai, tetapi juga memiliki nilai tambah yang membedakan mereka di pasar.

"Kami memberikan edukasi tentang bagaimana cara sustain dan memberikan value added, karena ini penting bagi keberlangsungan bisnis kopi," pungkasnya.

 

Selanjutnya: Kinerja Perusahaan Sekuritas di Indonesia Tumbuh pada September 2024, Ini Penyebabnya

Menarik Dibaca: Peluncuran Studio Mandarin Jadi Kesempatan Belajar dan Investasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih