Permintaan lokal naik, ekspor Eka Karya minim



JAKARTA. Permintaan tanaman hias di dalam negeri terus meningkat. Dampaknya, komposisi penjualan ekspor dan domestik milik PT Eka Karya Graha Flora berubah. Jika sebelumnya sekitar 80% tanaman hias perusahaan penghasil tanaman hias ini untuk ekspor, kini, pasar domestik yang mendominasi penjualan.

"Saat ini ekspor kita hanya 30% sedangkan sisanya untuk domestik," ujar Joko Asad, Manajer Penjualan dan Pemasaran PT Eka Karya Graha Flora kepada KONTAN, kemarin.

Tingginya permintaan tanaman hias dalam negeri sudah tampak tahun lalu. Pada 2012, Joko mengatakan, Eka Karya hanya menyediakan 400.000 pot tanaman anggrek. Namun, permintaan pasar lokal hingga 500.000 pot.


Setiap tahun, perusahaan ini mampu memproduksi sekitar 800.000 tanaman hias pot jenis anggrek Phalaenosis (anggrek bulan), dendrobium dan tanaman hias anthurium. Pasar ekspor Eka Karya adalah Jepang, Australia dan Singapura.

Namun, menurut Joko, ceruk pasar ekspor untuk tanaman hias pot masih terbuka lebar. Sayangnya, berbeda dengan jualan di pasar domestik, prosedur ekspor cukup sulit. Beberapa kesulitan ekspor tanaman hias, antara lain biaya-biaya yang harus ditanggung dan persyaratan karantina yang harus diurus. Jauhnya lokasi pengiriman dan lamanya prosedur membuat banyak tanaman hias rawan rusak.

Di dalam negeri, harga tanaman hias cukup menggiurkan. "Harga jual anggrek di dalam negeri sekitar Rp 90.000 per pot," kata Joko.

Perusahaan yang berdiri sejak 1997 lalu ini memiliki lahan seluas 60 hektare (ha) dengan rumah kaca (green house) seluas 15 ha. Setiap tahunnya, perusahaan ini membibit 1,2 juta tanaman. "Itu belum full capacity. Kalau kapasitas penuh, sekitar 1,6 juta tanaman," ujar Joko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Fitri Arifenie