KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kelangkaan minyak goreng membuat pemerintah kalang kabut. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi pun meminta maaf karena tidak bisa mengontrol para spekulan minyak goreng. Munculnya spekulan itu yang membuat kelangkaan minyak goreng dan harga minyak goreng mahal. Lutfi mengatakan, dengan diberlakukannya domestik market obligation (DMO) dalam kurun waktu 14 Februari hingga 16 Maret 2022, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah mengumpulkan 720.612 ton minyak sawit. Jumlah itu setara 20,7% dari ekspor CPO dan turunannya. Dari total DMO tersebut, sebanyak 551.069 ton telah terdistribusi atau 76,4%. Lutfi juga menyampaikan, melalui mekanisme DMO harga minyak goreng nasional mulai turun, yaitu minyak goreng curah turun 10,1% dan minyak kemasan turun 18,9%.
Namun disayangkan, walaupun pasokan tersedia dan harga minyak curah dan kemasan menurun, masyarakat masih kesulitan dalam mendapatkan minyak goreng.
Baca Juga: Anggota Komisi VI DPR RI Duga Ada Pihak Sengaja Timbun Minyak Goreng Lutfi menjelaskan, ketika terjadi perbedaan harga yang tinggi antara harga Dumai dan harga Malaysia. Ditambah dibedakan dengan hasilnya yaitu minyak kemasan dan curah. Maka membuat adanya spekulasi bahwa muncul spekulan-spekulan dari polemik minyak goreng di Indonesia. "Spekulasi kami ada orang-orang yang tidak sepatutnya mendapatkan hasil dari minyak ini. Artinya misal masuk ke tempat industri yang mestinya untuk konsumsi masyarakat ke industri yang jumlahnya diperlukan sekitar 1,8 juta ton per tahun atau diselundupkan ke luar negeri. Ini yang saya sebut mafia yang mesti kita berantas bersama-sama," jelasnya dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (17/3). Lutfi memberi contoh yang terjadi di Sumatra Utara, antara 14 Februari sampai 16 Maret mendapatkan pasokan minyak sebesar 60.423.417 liter. Sedangkan, jumlah penduduk di Sumatra Utara menurut data BPS tahun 2021 jumlahnya 15,8 juta orang. Maka satu orang disana kira-kira satu orang mendapatkan 4 liter dalam sebulan tersebut. Lebih spesifik di Medan mendapatkan 25 juta liter minyak goreng, sementara jumlah penduduk Medan menurut data BPS jumlahnya 2,5 juta orang. Jadi menurut hitungan, 1 orang akan mendapatkan 10 liter dalam sebulan. "Saya pergi ke Medan, Saya pergi ke pasar Saya pergi ke supermarket tidak ada minyak goreng," kata Lutfi. Dari hasil pantauan Kemendag, ada tiga daerah yang situasinya seperti itu, yaitu Sumatra Utara, Surabaya Jawa Timur yang mendapat distribusi mencapai 91 juta liter dan Jakarta yang mendapat distribusi 85 juta liter dengan 11 juta penduduk. "Spekulasi kita, deduksi kami adalah ini ada orang-orang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dan 3 kota ini, satu industri ada di sana. Yang kedua, ada pelabuhan," kata Lutfi. Ia mencontohkan, jika satu kapal tongkang yang dapat memuat 1.000 ton atau 1 juta liter minyak dikali Rp 7.000-Rp8.000. Maka diprediksi pendapatan yang diperoleh antara Rp 8 miliar sampai Rp 9 miliar. "Kementerian Perdagangan tidak bisa melawan penyimpangan-penyimpangan tersebut," ungkapnya.
Lutfi menjelaskan dengan ketika harga berbeda melawan harga pasar yang sangat tinggi, pihaknya tak dapat mengontrol. "Dengan permohonan maaf Kementerian Perdagangan tidak dapat mengontrol. Karena ini sifat manusia yang rakus dan jahat. Sementara ini. kita mempunyai datanya tetapi sekarang lagi diperiksa oleh polisi kepolisian oleh Satgas Pangan tetapi keadaannya sudah menjadi sangat kritis dan ketegangan yang mendesak," jelasnya.
Baca Juga: Laporkan Mahalnya Minyak Goreng ke Kejagung, MAKI Minta Segera Diusut Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat