JAKARTA. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) berhasil menjaring dana segar melalui lelang surat utang negara (SUN). Total permintaan yang masuk dalam lelang, Selasa (27/8), mencapai Rp 23,01 triliun.
Head of Debt Capital Markets BCA Sekuritas, Herdi Ranuwibowo bilang, antusiasme investor masuk pada lelang kali ini disebabkan oleh tingginya imbal hasil yang ditawarkan pemerintah
(lihat tabel). Investor yakin bahwa pemerintah akan mengabulkan permintaan
yield yang diajukan investor untuk menutupi defisit APBN 2013. Pada lelang kemarin, investor masih lebih banyak menyerbu seri SUN tenor pendek dan menengah. Di sisi lain, pemerintah mulai agresif memenangkan seluruh seri SUN, baik tenor pendek maupun tenor panjang demi mengejar target penerbitan. Alhasil, pemerintah memenangkan Rp 12 triliun permintaan.
Jumlah ini melampaui target indikatif semula sebesar Rp 8 triliun. "Meski situasi pasar obligasi sedang tertekan, investor tetap masuk karena
yield yang ditawarkan sudah sangat menarik," jelas Herdi, Selasa (27/8). Herdi bilang, prospek obligasi pemerintah belum tentu arah hingga ada konfirmasi kemana arah suku bunga. Selain itu, faktor nilai tukar juga berpengaruh. Jika terus melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS), maka rupiah berpotensi menyumbang inflasi tambahan. Hal ini akan kembali mengerek tingkat suku bunga. Saat ini, investor cenderung
wait and see sambil menantikan kestabilan rupiah. Setelah rupiah stabil dan inflasi terukur, investor dapat menghitung besaran
yield yang sesuai kondisi makro Indonesia. Menurut Herdi, stabilnya rupiah dan tingkat inflasi dapat mendorong rebound harga obligasi pemerintah. Untuk mewaspadai gejolak pasar obligasi saat ini, investor masih melarikan asetnya pada seri SUN jangka pendek. Sedangkan, investor institusi dengan horizon investasi jangka panjang seperti dana pensiun dan asuransi mulai mengambil peluang pada obligasi pemerintah karena
yield yang menarik.
Fixed Income Analyst PT Mega Capital Indonesia, M Adra Wijasena menilai, obligasi pemerintah masih akan tertekan sampai akhir tahun. Menurut Adra, faktor eksternal sangat menentukan nasib obligasi pemerintah. Jika Bank Sentral AS, Federal Reserve, merealisasikan kebijakan pengurangan stimulus, maka likuiditas akan berkurang. Akibatnya, terjadi
capital outflow dan dibutuhkan waktu dua bulan hingga tiga bulan untuk memulihkan kondisi pasar obligasi. Sebaliknya, jika stimulus tetap digelontorkan, maka arus modal akan kembali masuk ke
emerging market. "Spekulasi The Fed sudah menunjukkan
capital outflow. Dalam kondisi pasar yang kurang kondusif ini, investor lebih berminat pada tenor pendek untuk meminimalisir risiko," ungkap Adra. Adra menduga, investor akan tetap membidik obligasi pemerintah meskipun terjadi penurunan
yield. Sebab, pemerintah mulai menerbitkan seri-seri SUN yang akan menjadi acuan tahun depan. Seri acuan ini akan sangat likuid di pasar sekunder. Seri tersebut adalah FR0068 yang akan menjadi acuan tenor 20 tahun. Seri FR0069 akan menjadi acuan SUN bertenor 15 tahun dan FR0070 tenor 10 tahun.
Hasil Lelang Surat Utang Negara |
Seri | SPN12140731 | FR0069 | FR0070 | FR0068 |
Jatuh tempo | 31 Juli 2014 | 15 April 2019 | 15 Maret 2024 | 15 Maret 2034 |
Permintaan masuk (Rp miliar) | 7.165 | 3.069 | 9.247 | 3.535 |
Dimenangkan (Rp miliar) | 3.050 | 1.050 | 6.000 | 1.900 |
Yield tertinggi dimenangkan | 6,99% | 8,10% | 8,80% | 9,20% |
Yield rata-rata tertimbang | 6,87% | 8,04% | 8,69% | 9,15% |
sumber: Ditjen Pengelolaan Utang |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati