Permintaan melemah, inflasi Juli rendah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah melewati puncaknya pada Mei 2018 dan Juni 2018, inflasi diperkirakan mulai mereda. Bank Indonesia (BI) memprediksi, inflasi Juli 2018 hanya 0,23%. Angka itu berdasarkan survei pemantauan harga (SPH) mingguan yang dilakukan BI hingga pekan kedua Juli 2018.

Dengan proyeksi itu, maka inflasi tahunan pada Juli 2018 akan mencapai 3,14% year on year (YoY), sedikit lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 3,12% YoY.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, jika perkiraan itu terbukti, maka inflasi Juli 2018 menjadi yang terendah dibandingkan rata-rata inflasi pada bulan yang sama dalam tiga tahun terakhir. Secara historis, rata-rata inflasi Juli tiga tahun terakhir adalah 0,54%. "Ini menunjukkan harga-harga terkendali," katanya, Jumat (13/7).


Rendahnya inflasi Juli, menurut Perry, juga menunjukkan kuatnya koordinasi yang dilakukan antara BI, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah dalam Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) maupun Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). "Kami sedang menyiapkan rakornas (rapat koordinasi nasional) TPID yang nanti Insya Allah akan dilakukan pada 25 Juli-26 Juli mendatang," tambah Perry.

Dengan perkiraan itu, maka BI semakin yakin, inflasi akhir tahun ini berada di target sasaran inflasi sebesar 3,5% plus minus 1%, atau lebih tepatnya sebesar 3,6% YoY. Angka itu sudah memperhitungkan inflasi dari kenaikan harga barang-barang impor (imported inflation) karena pelemahan rupiah dan harga komoditas.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, rendahnya inflasi Juli dibandingkan rata-rata tiga tahun terakhir disebabkan masih rendahnya permintaan. Hal itu terindikasi sejak Juni 2018, dimana inflasi inti yang tercatat hanya 0,24%, terendah sejak tiga tahun yang lalu.

Meski biaya pembelian di level pedagang naik karena impor dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS), penjual di pasar tidak berani menaikkan harga karena khawatir jumlah pembeli menurun, terutama pada industri makanan dan minuman. "Artinya penyakit inflasi karena permintaan yang melemah," kata Bhima.

Dengan sebab itu, dia memperkirakan, inflasi inti pada bulan Juli akan menurun ke kisaran 0,17%-0,19% dan akan kembali meningkat di Agustus sejalan dengan permintaan musiman kebutuhan sekolah.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengamini hal itu. Menurutnya, kebanyakan produsen belum menaikan harga, khususnya pangan olahan. "Masih ada kekhawatiran penjualan bisa turun kalau harga naik," katanya kepada KONTAN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia