Permintaan memanaskan harga minyak mentah, Brent ke US$85,45 dan WTI ke US$83,18



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mencapai level tertinggi multi-tahun pada Senin (18/10), didukung oleh pulihnya permintaan. Serta tingginya harga gas alam dan batubara, mendorong untuk beralih ke bahan bakar minyak dan solar untuk pembangkit listrik.

Melansir Reuters pukul 16.23 WIB, harga minyak mentah Brent naik 59 sen, atau 0,7% menjadi US$85,45 per barel pada pukul 0900 GMT, setelah sentuh US$86,04, level tertinggi sejak Oktober 2018.

Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 90 sen atau 1,1%, menjadi US$83,18 per barel, setelah mencapai US$83,73, tertinggi sejak Oktober 2014.

Kedua kontrak harga minyak tersebut naik setidaknya 3% pada pekan lalu.

Baca Juga: Harga Komoditas Melonjak, Industri Pertambangan Mengerek Permintaan BBM

"Melonggarnya pembatasan di seluruh dunia kemungkinan akan membantu pemulihan konsumsi bahan bakar," kata analis di bank ANZ dalam sebuah catatan, menambahkan bahwa peralihan gas-ke-minyak untuk pembangkit listrik saja dapat meningkatkan permintaan sebanyak 450.000 barel per hari di kuartal keempat.

Suhu dingin di belahan bumi utara juga diperkirakan memperburuk defisit pasokan minyak, kata Edward Moya, analis senior di OANDA.

"Defisit pasar minyak tampaknya akan menjadi lebih buruk karena krisis energi akan meningkat karena cuaca di utara sudah mulai lebih dingin," katanya.

"Karena kekurangan batubara, listrik, dan gas alam menyebabkan permintaan tambahan untuk minyak mentah, tampaknya itu tidak akan disertai dengan tambahan barel yang signifikan dari OPEC+ atau AS," katanya.

Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan pada hari Senin bahwa Jepang akan mendesak produsen minyak untuk meningkatkan produksi dan mengambil langkah-langkah untuk meredam dampak lonjakan biaya energi pada industri.

Baca Juga: Kenaikan harga komoditas turut mengangkat penjualan alat berat Intraco Penta (INTA)

Data China menunjukkan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga turun ke level terendah dalam setahun akibat kekurangan listrik, kemacetan pasokan, dan wabah Covid-19.

Tingkat pemrosesan minyak mentah harian China pada bulan September juga turun ke level terendah sejak Mei 2020 karena kekurangan bahan baku dan inspeksi lingkungan melumpuhkan operasi di kilang, sementara kilang independen menghadapi pengetatan kuota impor minyak mentah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto