Permintaan mi instan meningkat, Indofood (INDF) mengerek kinerja pada semester I-2020



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berhasil mencatatkan kinerja yang baik pada semester I-2020. Padahal, banyak emiten lain yang justru tertekan seiring dengan dampak pandemi virus corona dan pelemahan daya beli masyarakat selama kuartal II-2020.

INDF membukukan laba bersih sebesar Rp 1,4 triliun pada kuartal II-2020. Perolehan tersebut naik sebesar 20,3% secara year on year (yoy). Dengan begitu, sepanjang semester I-2020, maka INDF telah mengantongi laba bersih hingga Rp 2,8 triliun atau naik 11,7% secara yoy.

Analis RHB Sekuritas Michael Wilson Setjoadi mengatakan, kinerja mumpuni INDF pada semester lalu salah satunya karena kontribusi salah satu anak usahanya, PT Indofood CBS Sukses Makmur Tbk (ICBP). Hal tersebut dinilai Wilson membuat INDF sebagai emiten yang resilient di tengah adanya pandemi.


"Pendapatan INDF naik ditopang oleh peningkatan penjualan mie instan dari ICBP yang sangat kuat di masa pandemi," ujar Michael kepada Kontan.co.id, Senin (31/8).

Baca Juga: Indofood CBP (ICBP) sah menjadi pemegang seluruh saham Pinehill

Analis Sucor Sekuritas Jennifer Widjaja dalam riset pada 6 Agustus 2020 mengatakan, kinerja positif INDF pada paruh pertama tahun ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan dan ekspansi margin across the board, khususnya margin yang lebih tinggi pada ICBP dan divisi agribisnis. "Dengan demikian, kinerja INDF pada semester I-2020 sudah sejalan dengan proyeksi kami setelah memenuhi 56% proyeksi kami. Sementara pendapatan yang sebesar Rp 39,4 triliun pada semester kemarin juga telah memenuhi 48% dari proyeksi Sucor Sekuritas," ujar Jennifer.

Jennifer menambahkan, kinerja positif divisi agribisnis INDF tak terlepas dari meningkatnya average selling prices (ASP) alias harga jual rata-rata. Dari pendapatan, sektor ini berhasil mengantongi Rp 5,6 triliun pada kuartal II-2020 atau naik 12% yoy. Margin EBIT juga berhasil positif sebesar 1,6% padahal periode tahun sebelumnya justru negatif.

"Hal tersebut karena harga crude palm oil (cpo) yang juga lebih tinggi. Dengan harga CPO yang diperkirakan akan stabil di kisaran RM 2.400 per ton, dan meningkatnya volume penjualan seiring masuk masa panen, kami memperkirakan marginnya akan terus tumbuh pada kuartal III-2020 dan berikutnya," tambah Jennifer.

Baca Juga: Banyak stimulus, begini rekomendasi analis untuk emiten consumer goods

Dengan dua katalis positif tersebut, Jennifer pun optimistis melihat bahwa pendapatan dari segi divisi agribisnis akan kembali meningkat pada tahun ini. Hal tersebut pada akhirnya juga akan mendorong kinerja INDF secara keseluruhan.

Jennifer pun merekomendasikan untuk beli saham INDF dengan target harga Rp 8.500 per saham untuk setahun ke depan. Senin (31/8), harga saham INDF stagnan di Rp 7.625 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati