JAKARTA. Tren penguatan minyak sawit mentah tampak di bursa berjangka lokal. Kontrak pengiriman crude palm oil (CPO) untuk Juli 2012, di Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX), Senin (30/4), senilai Rp 10.445 per kilogram (kg). Nilai itu lebih tinggi 2,75% daripada harga per akhir Maret lalu. Kenaikan lebih tinggi, sebesar 15,29%, terlihat apabila harga per akhir April dibandingkan dengan harga per akhir Januari. Namun volume transaksi kontrak CPO di ICDX justru menurun selama April. Mengutip data ICDX, volume transaksi bulan lalu cuma 62.763 lot, turun 11,46% daripada volume selama Maret.
Megain Widjaja, Chief Executive Officer ICDX, mengatakan, penyebab penurunan volume transaksi adalah volatilitas harga CPO yang tidak terlalu besar. Jadi, pelaku pasar beralih ke komoditas yang harganya lebih berfluktuasi, seperti emas. Cenderung flat Juni Sutikno, analis Philip Futures Indonesia, menduga kenaikan harga CPO di ICDX jua didorong oleh permintaan terhadap minyak nabati yang meningkat. Hal itu mengakibatkan harga CPO di bursa Malaysia Berjangka Malaysia terus reli dan mencapai level tertinggi selama satu tahun di RM 3.589 per ton (10/4). Tak ayal, harga CPO di ICDX pun ikut terangkat. Kiswoyo Adi Joe, analis Askap Futures, mengatakan, kenaikan harga tersebut juga didorong pasokan yang menipis. Tak hanya pasokan CPO yang terbatas tapi juga beberapa produk substitusi lain seperti, jagung dan kedelai. Pasokan CPO menurut Kiswoyo bisa kembali normal setelah kuartal ketiga. "Mungkin pasokan CPO tidak bisa surplus saat ini. Paling tidak sama dengan sebelumnya,” duga dia. Namun analis TA Securities Holding James Ratnam mengatakan sejak pekan lalu pelaku pasar memprediksi produksi CPO akan bertambah. Tak heran harga minyak sawit berpotensi untuk turun. CPO terbantu oleh berita tentang panen minyak kedelai di Brasil yang melandai. Produksi negara penghasil minyak kedelai kedua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat itu, berkurang menjadi 66,2 juta ton dari estimasi 66,7 juta ton pada Februari 2012. Sepekan ini, Juni memperkirakan harga CPO akan lebih berfluktuasi. Krisis utang Eropa yang kembali merisaukan, bisa menurunkan minat belanja minyak nabati.
Di lain sisi, harga CPO akan tertahan produksi minyak kedelai yang menurun. Proyeksi Juni, harga CPO masih akan bergerak di kisaran RM 3.500 per ton. Kiswoyo memperkirakan, hingga akhir kuartal kedua, harga CPO cenderung sideways. Pertumbuhan ekonomi Amerika yang diperkirakan melambat bisa menekan harga CPO. Namun situasi global bisa terbantu dengan proyeksi data manufaktur China. “Ini bisa mengangkat harga CPO, mengingat China termasuk kelompok konsumen terbesar CPO,” terang dia. Prediksi Kiswoyo, harga CPO, pekan ini, berkisar dari RM 3.450 hingga RM 3.600. Proyeksi Juni, dari RM 3.380 hingga RM 3.650. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri