KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek saham PT Vale Indonesia Tbk (
INCO) tahun 2023 diprediksi akan semakin mentereng di tengah peningkatan permintaan kendaraan listrik. Analis RHB Sekuritas Fauzan Luthfi Djamal mengatakan, ekspektasi permintaan untuk nikel pada tahun 2023 tercatat lebih tinggi di tengah pasokannya yang terbatas. Fauzan memaparkan, pihaknya meyakini INCO akan mampu mencapai hasil produksi yang lebih tinggi tahun ini dengan ditopang oleh pergerakan
average selling price (ASP) atau harga jual rata-rata yang positif. “Kami melihat pendapatan INCO tahun 2023 akan naik sebesar 6%,” ujar Fauzan kepada Kontan.co.id, Selasa (24/1).
Meskipun ada kekhawatiran akan perlambatan ekonomi makro di awal tahun 2023, tetapi beberapa indikator menunjukkan sekilas sentimen positif dalam perdagangan nikel. Indikator tersebut yaitu meredanya inflasi dan tingkat pengangguran Amerika Serikat (AS) yang terkendali.
Baca Juga: Permintaan Kendaraan Listrik Naik, Prospek Saham Vale (INCO) Bakal Makin Kuat Hal ini dapat mengurangi tekanan pada kontraksi ekonomi Eropa. Pasar juga tampaknya mengantisipasi katalis lain dari China, yaitu pelonggaran pembatasan Covid-19 dan dimulainya kembali proyek real estat. “Itu akan membuka permintaan yang kuat untuk bijih besi dan logam dasar lainnya. Faktor-faktor tersebut menyebabkan kenaikan permintaan sebesar 3% dalam indeks komoditas,” papar Fauzan. Menurut Fauzan, kisaran proyeksi harga nikel tahun 2023 sebesar US$ 24.500 per metrik ton-US$ 25.000 per metrik ton. Angka tersebut relatif sama dengan tingkat tahun lalu. Harga cenderung stagnan karena meredanya ketegangan geopolitik dan produksi yang lebih tinggi dari perkiraan, yaitu peningkatan produksi nikel dari Indonesia. “Operasi yang stabil dan
balance sheet yang terkelola dengan baik adalah kunci prospek INCO yang menjanjikan,” ungkap Fauzan.
Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Menuai Berkah Subsidi Kendaraan Listrik Fauzan mengatakan, posisi kas bersih INCO yang kuat akan menambah dukungan untuk ekspansi di masa depan. Sebegai informasi,
net cash INCO saat ini yakni US$ 618 juta dengan belanja modal atawa
capital expenditure (capex) yang direncanakan sebesar US$ 130 juta. Menurut Fauzan, beberapa ekspansi yang akan dilakukan INCO adalah tungku listrik tanur putar atau
rotary kiln-electric furnace (RKEF) di Bahodopi dengan 73-80.000 ton feronikel (49% kepemilikan) dan pelindian asam bertekanan tinggi alias
high-pressure acid leaching (HPAL) di Pomalaa dengan 120.000 ton endapan hidroksida campuran.
“Kedua ekspansi itu dijadwalkan siap pada akhir tahun 2025,” papar Fauzan. Selain itu, kemitraan INCO dengan perusahaan global, seperti Taiyuan Iron & Steel, Shandong Xinhai Technology, Zhejiang Huayou Cobalt, dan (kemungkinan) Ford Motor, akan memberikan lebih banyak akses dalam hal kolaborasi teknologi dan pembiayaan. Dengan sejumlah sentimen positif tersebut, Fauzan merekomendasikan
buy untuk INCO dengan target harga di Rp 8.300 per saham. Fauzan menaikkan target harga saham INCO dari sebelumnya Rp 7.400 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati