Permintaan PLN mengerek kinerja Kabelindo Murni



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kabelindo Murni Tbk (KBLM) membidik pertumbuhan pendapatan tahun ini sebesar 25% year-on-year (yoy) menjadi Rp 1,48 triliun. Tahun lalu, produsen kawat dan kabel industri ini menargetkan pendapatan tumbuh 15%–20% jadi Rp 1,14 triliun–Rp 1,18 triliun.

Sejumlah faktor bakal jadi penunjang pertumbuhan pendapatan KBLM di 2018, termasuk permintaan dari badan usaha milik negara (BUMN). Petrus Nugroho Dwisantoso, Direktur Independen KBLM, menyatakan, permintaan dari perusahaan pelat merah akan naik, namun dari sektor swasta cukup berat. Selain itu, persaingan di sektor ritel masih cukup berat. "Target pendapatan tahun ini naik sampai 25%," kata dia kepada KONTAN belum lama ini.

Permintaan BUMN antara lain berasal dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Saat ini, BUMN setrum tersebut memang tengah menggenjot proyek listrik 35.000 megawatt hingga pelosok Indonesia. Proyek itu membutuhkan jaringan kabel yang sangat banyak. Karena itu, proyek PLN berpotensi mengerek permintaan kabel KBLM.


Tahun lalu, realisasi kenaikan permintaan kabel KBLM pada proyek listrik sebesar 10%. Tapi, pencapaian itu dianggap belum signifikan bila melihat potensi proyek setrum yang besar. Apalagi, progres proyek saat ini itu masih belum maksimal. "Tapi permintaan dari PLN naik perlahan," imbuh Petrus.

Pada kuartal III 2017, kabel listrik masih mendominasi penjualan KBLM dengan porsi 98,88%. Sedangkan sisanya adalah penjualan kabel telekomunikasi. Pembeli yang menyumbang pendapatan lebih dari 10%, misalnya, PT Cakra Lima (30,82%), PLN (32,65%), dan PT Sinar Baru Tetap Agung (25,43%). Penjualan khusus ke PLN meningkat, yang sebelumnya berkontribusi hanya 31,78%.

Selain potensi permintaan dari PLN, Petrus bilang, peningkatan utilisasi pabrik mendorong penjualan kabel berpeluang naik 25%. Saat ini, masih ada sisa kapasitas yang belum digunakan, sehingga masih ada potensi ditingkatkan. "Utilisasi baru 70-an%," ujarnya. Harga saham KBLM kemarin naik 1,28% menjadi Rp 316 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati