Permintaan properti komersial bisa melambat



JAKARTA. Setelah mencapai puncak di 2012, pasar properti domestik diperkirakan bakal melambat tahun depan. Selain gejolak ekonomi, aktivitas bisnis yang berkurang jelang pemilihan umum (pemilu) juga menjadi penyebab.

Imbasnya, menurut proyeksi Anton Sitorus, Head of Research Jones Lang LaSalle (JLL), permintaan properti akan menurun terutama di sektor perkantoran. "Permintaan perkantoran bisa menyusut 50%-60% lantaran banyak perusahaan yang menunda ekspansi," terangnya di Jakarta, Kamis (17/10). Namun permintaan residensial tidak akan menurun sedalam itu.

Perlambatan di sektor perkantoran sebenarnya sudah terasa. Mengacu pada riset JLL, penyerapan ruang kantor di central business district (CBD) Jakarta terus menurun sejak awal tahun, menjadi 61.000 meter persegi (m2) di kuartal III-2013.


Akibat permintaan merosot, pengembang yang berkutat di Jabodetabek diprediksi mengerem ekspansinya sehingga pasokan bisa berkurang. Buntutnya, kenaikan harga properti bisa lebih moderat.

Untuk menggali peluang, menurut Anton, pengembang ini akan melirik kota lain yang ekonominya masih tumbuh. Seperti Surabaya, Medan, Makassar dan Bali. "Pengembang akan ekspansi besar-besaran ke luar daerah," ramal Anton.

Arief Rahardjo, Head of Research and Advisory Cushman and Wakefield Arief Rahardjo memberi pandangan berbeda. Sektor yang akan mengalami penurunan signifikan di 2014 adalah apartemen sewa dan kawasan industri. "Di tahun politik, tren apartemen sewa untuk jangka pendek bagi pegawai pemerintahan, organisasi pemerintahan, pengamat politik dan media lokal dan asing," katanya.

Dia memprediksi tingkat okupansi apartemen sewa tahun depan akan turun 0,8% dari tahun ini ke 60,7%. Penurunan permintaan lahan industri sudah terlihat di 2013 yang minim permintaan dari sektor otomotif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon