Permintaan pulih, penjualan ritel Jepang tumbuh



TOKYO. Dampak kenaikan pajak penjualan di Jepang pada April 2014 lalu mulai mereda. Ini terlihat dari kenaikan penjualan ritel  di Jepang pada kuartal III 2014.

Hal ini bisa menjadi pertanda bahwa konsumen cukup kuat untuk menyerap kenaikan pajak penjualan kedua yang dijadwalkan berlaku pada tahun depan.

Pada kuartal ketiga 2014, penjualan ritel Jepang naik 1,4% dalam setahun terakhir (year on year). Pada kuartal sebelumnya, penjualan ritel Jepang turun 1,8%.


Khusus pada bulan September 2014, penjualan ritel tumbuh 2,7% dari Agustus. Menurut Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang, kenaikan penjualan ritel tersebut paling besar dari penjualan pakaian, makanan dan minuman. 

"Lonjakan penjualan ritel pada bulan September menegaskan bahwa konsumsi swasta sudah mulai pulih dari kemerosotan yang disebabkan oleh kenaikan pajak penjualan," ujar Marcel Thieliant, ekonom Capital Economics yang berbasis di Singapura seperti dikutip Bloomberg.

Prospek belanja konsumen selalu berkaitan dengan kekuatan pendapatan. Biaya hidup telah meningkat lebih cepat ketimbang nilai pendapatan sehingga menekan angka pengeluaran rumah tangga.

Seperti diketahui, Jepang sedang dalam masa perdebatan untuk menaikkan pajak penjualan lanjutan atau tidak. Sebagian kalangan berpendapat, pemerintah harus menunda kenaikan pajak lanjutan.

Ekonomi Jepang berkontraksi paling tajam dalam lima tahun terakhir sejak pemerintah mengerek pajak penjualan sebesar 3% pada April lalu. Pemerintahan Perdana Menteri, Shinzo Abe sedang menimbang apakah akan melanjutkan menaikkan pajak hingga 10% pada Oktober 2015 mendatang, seperti yang direncanakan oleh pemerintah semula.

"Data hari ini menunjukkan kemerosotan dari kenaikan April telah umumnya berakhir," ujar Junichi Makino, Kepala Ekonom SMBC Nikko Securities Inc dalam sebuah laporan.

Mengutip Reuters, Shuji Tonouchi, ahli strategi pendapatan tetap di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities mengatakan, pertumbuhan belanja konsumen akan memberikan kontribusi positif bagi produk domestik bruto (PDB). "Pemulihan belanja konsumen karena permintaan membaik," ujar Shuji.

Editor: Hendra Gunawan