KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan, inflasi di tahun 2021 cenderung akan berada di bawah titik tengah sasaran yang sebesar 3%. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, rendahnya inflasi ini sejalan dengan masih rendahnya permintaan bahkan hingga paruh pertama tahun ini. “Jadi, inflasi masih akan tetap rendah, sehingga tentu saja bagi kita, upaya yang perlu dilakukan bukan tentang mengendalikan inflasi, tetapi bagaimana mendorong permintaan,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo belum lama ini.
Baca Juga: Pemerintah masih optimistis pola pemulihan ekonomi V-shape Senada, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga melihat pergerakan inflasi masih akan landai di tahun ini. Menurut bahan paparannya, inflasi diperkirakan akan berada di kisaran 1,8% hingga 2,5%. Pun dengan kepala ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, inflasi hingga akhir tahun 2021 akan cenderung berada di kisaran 1,7% hingga 2%. Josua mengatakan, kondisi yang menahan peningkatan inflasi antara lain, masih terbatasnya konsumsi masyarakat, khususnya di tengah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat. Tak hanya itu, dari sisi harga, tren kecenderungan harga komoditas pangan juga cenderung stabil dan tidak terjadi perubahan harga yang diatur oleh pemerintah (
administered prices) yang sebelumnya diperkirakan di paruh kedua tahun ini. Namun, Josua yakin inflasi di tahun depan akan meningkat, yang menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi tahun 2022 akan lebih signifikan dengan mempertimbangkan potensi akselerasi vaksinasi yang mendorong herd immunity. Selain itu, kenaikan inflasi di tahun depan juga akan didorong oleh pemulihan ekonomi karena stimulus kebijakan moneter dan fiskal dan juga didorong oleh dampak pemberlakuan tarif baru PPN untuk beberapa barang premium, kalau RUU KUP ini disetujui oleh DPR.
Baca Juga: Kenaikan kasus Covid-19 menahan penguatan rupiah di tengah penantian hasil RDG BI Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira memperkirakan, inflasi di tahun 2021 berada di kisaran 1,4% hingga 1,9% akibat permintaan yang masih cenderung rendah. “Permintaan masih rendah, geliat belanja masih tertahan,” jelas Bhima. Namun, Bhima mengingatkan bahwa otoritas pelru waspada adanya
cost push inflation dari sisi pasokan, karena naiknya harga komoditas seperti batubara, minyak mentah, bahkan minyak sawit. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto