Permintaan Rights Issue BDMN Melebihi Target



JAKARTA. Investor menyambut baik penawaran saham baru (rights issue) PT Bank Danamon Tbk (BDMN). Penawaran umum terbatas IV dengan penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) itu menawarkan 3,314 miliar saham. Hasilnya, permintaan yang masuk mencapai 110% dari saham baru tersebut. Sebanyak 99,9% dari jumlah saham yang ditawarkan itu terserap oleh pemegang saham lama.

Adapun saham yang tersisa diperebutkan oleh investor yang memesan melebihi jatahnya atau pemegang saham baru. Berdasarkan permintaan total yang mencapai 110% tadi, artinya permintaan atas sisa jatah saham yang tidak diambil pemegang saham lama tadi berlebih hingga 87 kali. "Kelebihan itu berasal dari pemegang saham baru," kata I Dewa Made Susila EVP Head of Investor Relation Bank Danamon, Senin (20/4). Pada 13 April-14 April 2009, BDMN telah melakukan penjatahan rights issue itu.

Jumlah peminat rights issue BDMN membeludak tak lain karena harga penawaran yang menarik. BDMN menawarkan saham rights issue seharga Rp 1.200 per saham. Kemarin, saham BDMN berada di posisi Rp 2.750 per saham. "Sedangkan harga nominal saham seri B itu adalah Rp 500 per saham," tutur Direktur Utama Bank Danamon Sebastian Parades melalui siaran pers yang diterbitkan Danamon kemarin.


Pasca rights issue, komposisi pemegang saham BDMN tidak berubah jauh dari sebelum rights issue. Sebab, Asia Financial Indonesia Pte Ltd (AFI), pemegang saham mayoritas BDMN, sudah memborong semua jatah saham baru mereka. Pemegang saham publik pun sebagian besar ikut mengambil jatah mereka.

Jadi, kini AFI memiliki 67,87% saham dan pemegang saham publik mempunyai 32,13% saham. Dalam aksi korporasi rights issue ini, Citigroup Global Market Singapore dan Morgan Stanley menjadi pembeli siaga.

BDMN mendapatkan dana sekitar Rp 3,977 triliun dari hasil rights issue ini. BDMN berniat menggunakan dana hasil rights issue tersebut untuk memperkuat permodalan mereka. BDMN hendak meningkatkan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) mereka dari 15,4% saat ini menjadi sekitar 22,70%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie