Permintaan segmen menengah ke bawah meningkat, prospek saham sektor properti cerah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor properti dinilai memiliki prospek yang cerah di sisa tahun 2019. Selain karena sentimen pemilu telah usai, emiten properti mendapat permintaan yang tinggi dari segmen menengah ke bawah.

Baru-baru ini, Moody’s Investor Service merilis Indonesia Property Chart Box. Dalam riset tersebut, Moody’s menyatakan optimismenya bahwa bisnis properti Indonesia akan semakin bergairah di paruh kedua tahun ini. Hal tersebut didorong oleh berakhirnya periode pemilihan presiden yang membuat permintaan properti kembali meningkat.

Namun, potensi peningkatan kinerja di sektor properti diperkirakan masih berada di level yang rendah. “Karena pasar properti di Indonesia telah melambat dalam beberapa tahun terakhir setelah sempat mencapai puncak di tahun 2013 silam,” ungkap Jacinta Poh, Vice President & Senior Credit Officer Moody’s dalam riset 16 Mei.


Efek pemilu memang cukup terasa bagi bisnis properti. Ini tercermin dari pencapaian pra penjualan atau marketing sales sebagian emiten properti yang mengalami perlambatan di kuartal pertama lalu.

Ambil contoh PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) yang mengalami penurunan marketing sales sebesar 38% (yoy) menjadi Rp 881 miliar di kuartal I-2019. Ada pula PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) yang mencatat marketing sales senilai Rp 356 miliar di kuartal I-2019 atau turun 36% (yoy) dibandingkan periode serupa di tahun lalu.

Analis Maybank Sekuritas Aurelia Setiabudi menilai, walau kehadiran pemilu memberikan sentimen negatif, namun kinerja marketing sales emiten-emiten properti sebenarnya masih berada dalam jalur yang benar.

“Secara agregat, emiten sektor properti telah memenuhi 20% dari target marketing sales di tahun ini,” tulis dia dalam riset 1 Mei.

Dia memperkirakan, pertumbuhan marketing sales emiten properti masih akan melambat di kuartal kedua akibat faktor musiman, seperti libur lebaran. Alhasil, momentum yang tepat untuk kebangkitan sektor properti akan tiba di semester kedua mendatang.

Sementara itu, Analis Panin Sekuritas Nugroho Fitriyanto menyampaikan, emiten-emiten properti yang bisa memaksimalkan penjualan properti dengan harga di bawah Rp 1 triliun dipercaya akan mencetak kinerja yang cemerlang di tahun ini.

Sebab, properti dengan harga sebesar itu diperuntukkan bagi segmen menengah ke bawah. Segmen ini dinilai lebih fleksibel karena tidak terpengaruh oleh sentimen pemilu dan permintaannya murni untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal.

“Sejak tahun 2018 permintaan sektor properti untuk segmen menengah ke atas cenderung melambat. Kondisi sebaliknya terjadi pada segmen menengah ke bawah,” ujar dia, Jumat (26/5).

Meski begitu, ia menambahkan, pasar properti untuk segmen menengah ke bawah bukan tanpa ancaman. Tren kenaikan suku bunga acuan yang terjadi di tahun lalu ternyata belum sepenuhnya mendorong kenaikan suku bunga kredit dalam waktu cepat.

Artinya, di sisa tahun ini bukan tidak mungkin suku bunga kredit termasuk kredit perumahan rakyat masih akan bergerak naik.

“Biasanya segmen pengguna akhir (end user) banyak yang menggunakan KPR, sehingga kalau terjadi kenaikan dapat mempengaruhi permintaan dari segmen tersebut,” terang Nugroho.

Ia sendiri menjagokan PT Ciputra Development Tbk pada tahun ini. Sebab, emiten berkode CTRA tersebut memiliki sejumlah proyek properti untuk segmen menengah ke bawah yang dirilis pada semester kedua nanti.

Adapun Aurellia memilih PT Sumareccon Agung Tbk (SMRA) lantaran secara valuasi masih menarik. Daya tarik emiten ini juga berasal dari kepemilikan land bank untuk segmen menengah ke bawah yang cukup luas. Ia pun merekomendasikan beli saham SMRA dengan target Rp 1.550 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati