JAKARTA. Akhir tahun seperti ini merupakan masa yang ditunggu-tunggu bagi para petambak lobster budidaya di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Pasalnya, pada bulan Desember hingga Februari panen lobster akan berlangsung.Berbeda dengan jenis lobster tangkapan, untuk memanen lobster budidaya paling tidak dibutuhkan waktu sekitar delapan hingga sembilan bulan. "Lobster yang kita budidayakan adalah jenis pasir," kata Pamit, salah seorang pembudidaya lobster di teluk awang, lombok tengah, NTT kepada KONTAN (25/12).Hasil tangkapan lobster ini rata-rata di ekspor atau dijual untuk memenuhi kebutuhan restoran china di Bali. Pamit bilang, untuk lobster jenis pasir ukuran 2 ons harganya bisa mencapai RP 350.000. Sedangkan jenis mutiara, harganya bisa dua kali lipatnya, karena mayoritas masih mengandalkan tangkapan alam.Meski memasuki masa panen, namun harga lobster juga terus mengalami peningkatan. Tingginya permintaan lobster karena mulai mendekati perayaan imlek yang jatuh pada pertengahan Januari 2012. Pamit berujar, satu bulan lalu harga lobster pasir dengan ukuran yang sama harganya masih dikisaran Rp 280.000 per kg. "Memasuki Januari, harga lobster pasti lebih tinggi lagi," katanya.Sarifin, Kepala Balai Budidaya laut Lombak, Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengungkapkan, saat ini pembudidayaan lobster dengan media karamba memang masih terbatas. Sebagai komoditi potensial ekspor, beberapa negara tujuan pemasaran lobster ini adalah Hongkong dan China. Dari sekitar 60 ton-70 ton produksi lobster di NTT, 70% merupakan pasar ekspor.Selain di NTT, beberapa wilayah yang melakukan panen lobster ini antara lain di wilayah Lombok Tengah, Lombok Timur, Kupang dan beberapa wilayah di Sulawesi Selatan.Melihat potensi yang besar tersebut, Dirjen Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) Ketut Sugema berjanji akan lebih meningkatkan pembudidayaan lobster dengan metode karamba. Mengutip data dari Badan Pusat Statistik nilai ekspor lobter periode januari-Oktober 2011, mengalami peningkatan 33,75%, dari US$ 8,7 juta, menjadi US$ 11,6 juta. Sementara volumenya turun 3,18%, dari 2,720 ton menjadi 2,633 ton. Penurunan volume ekspor tersebut karena dipengaruhi oleh gangguan cuaca yang melanda saat pergantian musim kemarau ke musim penghujan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Permintaan tetap tinggi, harga lobster bakal melambung
JAKARTA. Akhir tahun seperti ini merupakan masa yang ditunggu-tunggu bagi para petambak lobster budidaya di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Pasalnya, pada bulan Desember hingga Februari panen lobster akan berlangsung.Berbeda dengan jenis lobster tangkapan, untuk memanen lobster budidaya paling tidak dibutuhkan waktu sekitar delapan hingga sembilan bulan. "Lobster yang kita budidayakan adalah jenis pasir," kata Pamit, salah seorang pembudidaya lobster di teluk awang, lombok tengah, NTT kepada KONTAN (25/12).Hasil tangkapan lobster ini rata-rata di ekspor atau dijual untuk memenuhi kebutuhan restoran china di Bali. Pamit bilang, untuk lobster jenis pasir ukuran 2 ons harganya bisa mencapai RP 350.000. Sedangkan jenis mutiara, harganya bisa dua kali lipatnya, karena mayoritas masih mengandalkan tangkapan alam.Meski memasuki masa panen, namun harga lobster juga terus mengalami peningkatan. Tingginya permintaan lobster karena mulai mendekati perayaan imlek yang jatuh pada pertengahan Januari 2012. Pamit berujar, satu bulan lalu harga lobster pasir dengan ukuran yang sama harganya masih dikisaran Rp 280.000 per kg. "Memasuki Januari, harga lobster pasti lebih tinggi lagi," katanya.Sarifin, Kepala Balai Budidaya laut Lombak, Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengungkapkan, saat ini pembudidayaan lobster dengan media karamba memang masih terbatas. Sebagai komoditi potensial ekspor, beberapa negara tujuan pemasaran lobster ini adalah Hongkong dan China. Dari sekitar 60 ton-70 ton produksi lobster di NTT, 70% merupakan pasar ekspor.Selain di NTT, beberapa wilayah yang melakukan panen lobster ini antara lain di wilayah Lombok Tengah, Lombok Timur, Kupang dan beberapa wilayah di Sulawesi Selatan.Melihat potensi yang besar tersebut, Dirjen Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) Ketut Sugema berjanji akan lebih meningkatkan pembudidayaan lobster dengan metode karamba. Mengutip data dari Badan Pusat Statistik nilai ekspor lobter periode januari-Oktober 2011, mengalami peningkatan 33,75%, dari US$ 8,7 juta, menjadi US$ 11,6 juta. Sementara volumenya turun 3,18%, dari 2,720 ton menjadi 2,633 ton. Penurunan volume ekspor tersebut karena dipengaruhi oleh gangguan cuaca yang melanda saat pergantian musim kemarau ke musim penghujan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News