Permintaan tinggi, bisnis alat berat terus geliat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Hasil produksi alat berat dari sektor pertambangan masih menunjukan tren kenaikan. Sejumlah perusahaan tambang bahkan mengaku harus menunggu waktu untuk mendapatkan alat berat baru.

Jamaluddin, Ketua Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) mengataka,n penjualan didorong oleh sektor tambang, diikuti konstruksi dan juga segmen forestry. "Bila lihat kondisi seperti ini kita yakin target 4.400 unit akan tercapai," kata Jamaluddin saat dihubungi KONTAN, Minggu (19/11).

Menanggapi permintaan tinggi, Jamaluddin berkata bahwa memang ada kemampuan suplai yang terbatas. Mengingat industri komponen yang belum stabil pascapengurangan orang saat masa kritis beberapa tahun silam.


Saat ini kapasitas terpasang 10.000 unit alat berat. Dengan total karyawan kurang lebih 10.000 orang. Pada kondisi saat krisis pengurangan jumlahnya hanya 4.000 orang. "Sekarang sudah mulai rekrut karyawan namun tetap butuh training untuk siap kerja. Serta ada keterbatasan material, ini tidak hahya di Indonesia, di seluruh dunia pun sama," ungkapnya.

Dari data produksi kuartal III-2017 Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) tercatat sebesar 4.036 unit atau naik 59,7% dibanding periode sama tahun lalu sebesar 2.527 unit. Sebagai informasi, tahun ini Hinabi menargetkan produksi bisa sebanyak 4.200 sampai 4.400 unit atau tumbuh dibanding realisasi tahun lalu sebanyak 4.065 unit.

Emiten alat berat PT Intraco Penta Tbk juga menikmati kebangkitan harga tambang. Ferdinand D, Investor Relation Strategist PT Intraco Penta Tbk mengatakan harga komoditas batubara terus stabil sejak 2016. "Pendorong utama penjualan sampai akhir tahun masih dari sektor tambang," kata Ferdinand kepada Kontan.co.id, Minggu (19/11).

Dari catatan internal emiten berkode saham INTA ini tercatat penjualan hingga September 2017 sebanyak 441 unit. Naik dari periode sama tahun lalu sebesar 221 unit.

Meski demikian INTA belum mengubah target pendapatan. Tahun ini INTA menargetkan pendapatan keseluruhan tumbuh 20% dibanding posisi 2016 sebesar Rp 1,51 triliun.

Ferdinand mengaku, di tipe alat berat yang besar memang harus bersabar menunggu. Tetapi bila yang dijual oleh PT Intraco Penta Wahana lebih ke compact equipment (produk menengah). "Sehingga bisa didapat tahun ini selama persediaan masih ada," tuturnya.

Seperti diketahui, INTA punya anak usaha di bidang keagenan alat berat merek Volvo, dan SDLG melalui PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS) serta penjualana dan layanan merek Sinotruk, Mahindra, Bobcat, Doosan dan Sany Palfinger melalui PT Intraco Penta Wahana (IPW).

Sementara anak grup Astra di distributor alat berat, PT United Tractors Tbk juga mengalami kenaikan penjualan. Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk Sara K Loebis mengatakan penjualan produk merk Komatsu sampai saat ini masih pesat dari sektor tambang. "Sampai Oktober masih positif. Target penjualan masih sama yang didukung dari sektor tambang," kata Sara saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (19/11).

Menurutnya penjualan dari tambang terutama dari daerah Kalimantan. Yang penjualan diperoleh dari anak usaha maupun perusahaan lain.

Sara mengaku pengiriman model alat berat kelas besar memang butuh waktu lama hingga enam sampai tujuh bulan . Karena waktu produksinya memang cukup panjang, serta ditambah waktu pengiriman dari Jepang dan Amerika Serikat.

Untuk saat ini emiten berkode saham UNTR ini belum ada rencana untuk produksi alat berat tipe besar tersebut. "Saat ini Komatsu Indonesia memproduksi tipe alat ukuran menengah. Jenisnya seperti excavator, dozer, wheel loader, motor grader," ungkap Sara. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati