JAKARTA. Keputusan Bank Sentral Australia (RBA) untuk mempertahankan tingkat suku bunga di level 2% sebenarnya cukup positif bagi pergerakan dollar Australia. Namun, adanya peluang penurunan suku bunga membuat mata uang AUD tertunduk di hadapan the greenback. Mengutip Bloomberg, Selasa (3/2) pukul 20.23 WIB pasangan AUD/USD tergerus 0,82% ke level 0,7056. Nizar Hlimy, analis PT SoeGee Futures mengatakan, di tengah gejolak ekonomi global, RBA melihat perlunya menyesuaikan diri baik secara cepat atau lambat. “Harga komoditas yang menjadi andalan Australia saat ini sedang anjlok. Kondisi ekonomi China sebagai mitra dagang utamanya juga terus melambat," kata Nizar. Sentimen tersebut membuat AUD kalah pamor dengan USD. Meski tidak terlalu pesimistis, pandangan RBA dianggap cenderung dovish. Pasalnya pelemahan harga komoditas membuat tingkat inflasi di Australia rendah. Untuk keputusan selanjutnya, RBA akan memperhatikan perkembangan ekonomi dari dalam negeri. Sementara USD masih terangkat oleh optimisme kenaikan suku bunga The Fed. Meski, Wakil Gubernur The Fed, Stanley Fischer mulai ragu karena mengkhawatirkan dampak ekonomi global para perekonomian AS. “Ketika ditanya kenaikan suku bunga selanjutnya, Fischer menjawab tidak tahu,” imbuh Nizar. Pergerakan AUD/USD selanjutnya akan menunggu data ADP Non Far Employment Change AS bulan Januari yang diprediksi turun menjadi 193.000 dari sebelumnya 257.000. Nizar menduga AUD/USD akan melanjutkan koreksi. Tetapi koreksi akan terbatas jika data AS di bawah proyeksi.
Pernyataan dovish RBA menyeret AUD/USD
JAKARTA. Keputusan Bank Sentral Australia (RBA) untuk mempertahankan tingkat suku bunga di level 2% sebenarnya cukup positif bagi pergerakan dollar Australia. Namun, adanya peluang penurunan suku bunga membuat mata uang AUD tertunduk di hadapan the greenback. Mengutip Bloomberg, Selasa (3/2) pukul 20.23 WIB pasangan AUD/USD tergerus 0,82% ke level 0,7056. Nizar Hlimy, analis PT SoeGee Futures mengatakan, di tengah gejolak ekonomi global, RBA melihat perlunya menyesuaikan diri baik secara cepat atau lambat. “Harga komoditas yang menjadi andalan Australia saat ini sedang anjlok. Kondisi ekonomi China sebagai mitra dagang utamanya juga terus melambat," kata Nizar. Sentimen tersebut membuat AUD kalah pamor dengan USD. Meski tidak terlalu pesimistis, pandangan RBA dianggap cenderung dovish. Pasalnya pelemahan harga komoditas membuat tingkat inflasi di Australia rendah. Untuk keputusan selanjutnya, RBA akan memperhatikan perkembangan ekonomi dari dalam negeri. Sementara USD masih terangkat oleh optimisme kenaikan suku bunga The Fed. Meski, Wakil Gubernur The Fed, Stanley Fischer mulai ragu karena mengkhawatirkan dampak ekonomi global para perekonomian AS. “Ketika ditanya kenaikan suku bunga selanjutnya, Fischer menjawab tidak tahu,” imbuh Nizar. Pergerakan AUD/USD selanjutnya akan menunggu data ADP Non Far Employment Change AS bulan Januari yang diprediksi turun menjadi 193.000 dari sebelumnya 257.000. Nizar menduga AUD/USD akan melanjutkan koreksi. Tetapi koreksi akan terbatas jika data AS di bawah proyeksi.