Pernyataan ECB buat dollar AS lunglai



JAKARTA. Dollar Amerika Serikat (AS) tidak bertenaga terhadap sejumlah mata uang utama dunia. Data ekonomi terbaru Negeri Paman Sam yang diprediksi mengecewakan, menambah sentimen buruk bagi the greenback.

Menurut data yang dilansir Buro Analisis Keuangan AS, Produk Domestik Bruto (PDB) AS naik 1,5% di kuartal-II year on year (yoy). Namun, pertumbuhan PBD sebesar itu lebih rendah dibanding kenaikan di kuartal sebelumnya, sebesar 2%.Sementara, euro terangkat pernyataan Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Mario Draghi. Dia berjanji, menyokong euro agar tidak semakin terpuruk.

Dalam beberapa hari ke depan, Draghi akan melakukan pertemuan dengan pemimpin bank-bank sentral di Uni Eropa (UE) untuk membicarakan kebijakan yang konkret guna menggairahkan lagi perekonomian Eropa. Salah satu cara adalah dengan pembelian obligasi.


Draghi tengah mencari dukungan dari anggota dewan ECB, untuk mengurangi biaya pinjaman atau menurunkan tingkat yield obligasi di sejumlah negara Eropa, seperti di Spanyol dan Italia. Sebelumnya, Draghi telah mencari dukungan dari Jerman, Spanyol dan Prancis.

Proposal yang akan diajukan Draghi meliputi penggunaan dana bailout untuk membeli obligasi pemerintah di pasar primer bersamaan dengan pembelian ECB di pasar sekunder.

Pasangan EUR/USD kemarin berada di posisi 1,2322. Angka ini melemah 0,31% dibanding sehari sebelumnya. Bahkan, pada Selasa pekan lalu (24/7), pairing valuta asing itu mencapai rekor terendahnya sejak awal 2012, yaitu 1,2061.

Sedang, pasangan USD/JPY, akhir pekan lalu menguat 0,31% menjadi 78,46 dibanding hari sebelumnya. Tapi dalam sepekan, Dollar AS tetap melemah 0,56% terhadap yen.

Permintaan dollar AS sebagai safe haven memudar di tengah spekulasi The Federal Reserves (The Fed) akan melakukan quantitative easing 3 (QE3). “Euro membaik pada pekan ini. Hasil obligasi di Italia dan Spanyol mendorong ECB untuk lebih proaktif dalam mengatasi pelemahan euro,” ujar Shaun Osborne, Head of Currency Strategist di Toronto Dominion Bank, seperti dikutip Bloomberg.

Analis Monex Investindo Futures, Daru Wibisono, mengatakan, data perekonomian AS yang masih di bawah ekspektasi mendorong para investor untuk beralih ke aset berisiko seperti aussie dan poundsterling. "Dan jika QE3 benar-benar dijalankan, maka yen bisa terus menguat terhadap dollar AS," ujar Nanang Wahyudin, Analis Soe Gee Futures.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini