Pernyataan The Fed menggerakkan harga perak



JAKARTA. Harga perak bergerak naik setelah manufaktur China mencatat pertumbuhan. Namun demikian, naiknya harga perak tidak mengubah tren harga yang masih melemah.

Mengutip Bloomberg, Kamis (1/10) pukul 14.45 WIB, harga perak kontrak pengiriman Desember 2015 di bursa Commodity Exchange naik tipis 0,1% ke level US$ 14,53 per ons troi dibandingkan sehari sebelumnya. Namun, selama sepekan perak turun 3,9%.

Naiknya harga perak dipicu oleh kenaikan data manufakturing PMI China dari 49,7 menjadi 49,8. Pengamat Komoditas, Ibrahim mengatakan, kenaikan data manufaktur belum dapat dilihat sebagai sinyal positif bagi harga perak. "Manufaktur memang naik, tetapi kenaikan belum mencapai angka 50 sehingga belum bisa dikatakan positif," ujarnya.


Namun demikian, Ibrahim melihat banyak analis yang menilai data manufaktur mulai mengalami perbaikan sebagai imbas dari adanya stimulus ekonomi pemerintah negeri tirai bambu. Di samping itu, kenaikan manufaktur juga merupakan efek dari turunnya suku bunga Bank Sentral China (PBoC) selama lima bulan berturut-turut.

Perlambatan di China menjadi sentimen yang cukup dominan bagi pergerakan harga perak, mengingat negeri Tiongkok merupakan salah satu konsumen perak terbesar. Di samping China, Amerika Serikat juga menjadi salah satu negara dengan konsumsi perak terbesar di dunia.

Kemajuan ekonomi di AS sebenarnya bisa menjadi sinyal positif naiknya konsumsi perak negeri paman sam. Namun demikian, kekhawatiran naiknya suku bunga The Fed membuat pelaku pasar wait and see dan melakukan aksi jual. Gubernur Bank Sentral Amerika (The Fed), Janet Yellen pekan lalu mengatakan akan menaikkan suku bunga akhir tahun ini. Hal ini membawa sentimen negatif bagi harga perak.

Turunnya harga logam seperti emas dan perak pun cukup menekan para produsen. Salah satu produsen perak terbesar, Glencore Plc berencana menjual beberapa tambang, termasuk tambang perak untuk mencari sumber dana hingga US$ 1 miliar.

Transaksi penjualan ini merupakan salah satu upaya Glencore untuk melkaukan restrukturisasi utang. "Mereka memiliki banyak pilihan yang menarik," ujart analis BMO Capital Market, seperti dikutip Bloomberg. Glencore memproduksi 35 juta ons perak dan 955.000 ons emas tahun lalu, dari tambang di Amerika Selatan, Kazakhstan, dan Australia.

Ibrahim mengatakan, sebelum melakukan penjualan aset, beberapa perusahaan tambang sudah menutup tambangnya guna melakukan efisiensi. Hal tersebut dilakukan setelah harga perak terus mengalami penurunan, sementara biaya produksi tetap.

Ditambah lagi dengan melambatnya permintaan. "Jika produsen besar menutup dan menjual tambang sehingga menyebabkan produksi menurun, bisa saja akan berimbas pada kenaikan harga perak," paparnya.

Namun, untuk tahun ini perak diprediksi masih akan jatuh. "Spekulasi kenaikan suku bunga menjadi sentimen utama yang menggerakkan harga perak," lanjut Ibrahim. Jika data tenaga kerja AS meningkta serta inflasi dapat mencapai 2%, bukan tidak mungkin The Fed akan benar-benar menaikkan tingkat suku bunga tahun ini.

Oleh karena itu, dalam pekan ini pergerakan harga perak akan fokus pada pernyataan pejabat The Fed. Data pekerja AS yang akan dirilis kahir pekan ini juga menjadi fokus pasar, mengikngat data tersebut menjadi salah satu pertimbangan The Fed menaikkan suku bunga. Berdasarkan perdiksi, data non-farm employment change AS naik 202.000 dari sebelumnya 173.000. Sementara unemployment rate diperkirakan tetap di level 5,1%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto