Perokok Mulai Mengalihkan Batangan yang Lebih Murah



JAKARTA. Tahun ini, industri rokok skala kecil dan menengah berjumlah 3.000 unit. Meski menyusut dari 5.000 unit dari tahun lalu, nyatanya industri inilah yang menyokong pergeseran pola konsumsi perokok Indonesia. Terimbas krisis global, tak sedikit perokok yang mengganti rokoknya dengan rokok yang lebih murah yang dibuat oleh industri ini. Ketua Gabungan Produsen Rokok Indonesia (Gapri) Ismanu Sumiran menjelaskan, industri rokok kelas ini terbagi menjadi dua. Yaitu, Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang merupakan industri rokok yang paling banyak menggunakan produk lokal dengan kompoisi mencapai 95%. Karena itu, tak heran industri rokok SKT tak terpengaruh dampak dari luar seperti yang saat ini sedang berlangsung yakni krisis global. Ke rokok SKT inilah pola perokok beralih. Jenis rokok tersebut berbeda dengan Sigaret Kretek Mesin (SKM). Lantaran penggunaan bahan baku lokalnya lebih sedikit dari SKT, industri ini lebih rentan dampak dari luar. Saat ini, konten lokal produk dari SKM hanya 90%. Sisanya berasal dari impor seperti kertas pembungkus, filter dan tembakau campuran jenis Virginia. Lebih lanjut, Ismanu meminta pemerintah bersikap komprehensif dan berimbang. “Pemerintah tetap menjaga hak antara pabrikan besar agar tak berkompetisi dengan produsen rokok yang kecil,” ujar Ismanu. Pada tahun ini, konsumsi rokok dalam negeri diperkirakan mencapai 237 miliar. Naik hanya 2% dari 2007. Sifat konsumsi rokok yang tergantung dari kebiasaan masyarakat membuat penjualan rokok nasional setiap tahun flat. Artinya, kenaikannya sangat kecil bila dibandingkan tahun sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: