KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menghentikan program restrukturisasi kredit pada Maret 2023. Kendati demikian, regulator masih akan memperpanjang restrukturisasi untuk segmen dan sektor tertentu. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyatakan perpanjangan itu untuk segmen UMKM yang mencakup seluruh sektor. Lalu sektor penyediaan akomodasi dan makan-minum, serta beberapa industri yang menyediakan lapangan kerja besar, yaitu industri tekstil dan produk tekstil (TPT) hingga industri alas kaki. “Di sisi lain, kredit restrukturisasi Covid-19 kembali mencatatkan penurunan sebesar Rp 22,28 triliun menjadi Rp 405,42 triliun di Maret 2023 dibandingkan Februari 2023 senilai Rp 427,7 triliun,” ujar Dian pada pekan lalu.
Adapun pada Maret 2022, kredit perbankan yang mendapatkan restrukturisasi mencapai Rp 630,11 triliun. Jumlah nasabah yang direstrukturisasi juga menurun menjadi 1,83 juta nasabah per Maret 2023 dibandingkan Februari 2023 sebanyak 1,93 juta nasabah.
Baca Juga: Realisasi Kredit Perbankan Kuartal I-2023 Masih Tumbuh 9,9% Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin menyatakan portofolio kredit yang mendapatkan restrukturisasi Covid-19 tersisa Rp 31,2 triliun per Maret 2023. Ia mengatakan jumlah itu jauh turun dibandingkan posisi tertinggi di Juni 2021 Rp 96,5 triliun. “Dengan kualitas yang terjaga, dari total Rp 96,5 triliun tersebut yang jadi non performing loan (NPL) hanya sekitar 1,7%. Sedangkan loan at risk (LAR) termasuk kredit yang direstrukturisasi 11,7% per Maret 2023. Turun dibandingkan Maret 2022 sebesar 17,2%,” paparnya. Siddik menyatakan dari total portofolio kredit restrukturisasi itu, lebih dari 90% debitur telah melakukan pembayaran kembali. Oleh sebab itu, dia mengestimasi hampir seluruh portofolio yang direlaksasi itu akan kembali pulih dan mampu kembali bayar keuangan. “Bagi debitur yang masih membutuhkan restrukturisasi lanjutan, kami akan memberikan program restrukturisasi reguler pada debitur tersebut,” papar Siddik.
Baca Juga: Perbankan Salurkan Kredit Rp 6.446 Triliun pada Maret Guna mengantisipasi potensi penurunan kualitas kredit pada debitur kredit tertentu pasca masa relaksasi restrukturisasi kredit berakhir, Bank Mandiri menganggarkan menambahkan pencadangan atau CKPN built up Rp 2,86 triliun pada Maret 2023. Siddik menambahkan, NPL coverage Bank Mandiri keseluruhan ada di level 336,6% meningkat 70% YoY. Guna mencegah pemburukan kualitas kredit, Bank Mandiri akan memantau secara khusus kualitas kredit seperti
early warning system dan pembayaran kewajiban debitur kepada bank. Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini menyebut debitur yang terdampak pandemi terus mengalami pemulihan. Hal ini berdampak positif pada komposisi portofolio restrukturisasi kredit akibat Covid-19 yang hingga akhir kuartal I-2023 tersisa Rp45,8 triliun, atau hanya mencapai 7,3% dari total kredit, jauh menurun dari kuartal I tahun lalu yang masih mencapai 12% dari total kredit. Penurunan ini terutama berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi seperti restoran, hotel, tekstil dan konstruksi, mengindikasikan bahwa bisnis debitur kembali pulih.
Baca Juga: Laba Perbankan Kian Gemuk Berkat Pemangkasan Pencadangan “Kami tentunya sangat bersyukur bahwa portofolio kredit restrukturisasi terdampak pandemi terus mengalami penurunan. Penurunan tersebut berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi dan mengindikasikan bisnis debitur mulai pulih,” katanya. Direktur Manajemen Risiko BNI David Pirzada menambahkan LAR BNI ikut turun dari 22,1% pada kuartal I 2022 menjadi 16,3% pada kuartal I 2023. Seiring dengan itu NPL BNI membaik dari 3,5% menjadi 2,8%. “Kualitas aset yang terus membaik juga mempengaruhi penurunan tajam pada credit cost atau rasio pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) terhadap kredit, dari 2,5% pada kuartal I 2022 menjadi hanya 1,4% pada kuartal I 2023,” pungkas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati