KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan perpanjangan kontrak Blok Indonesia Deepwater Development (IDD) dapat dilakukan tahun ini. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan perpanjangan kontrak Blok IDD diharapkan bisa dilakukan segera setelah proses alih kelola antara Chevron dan ENI dilakukan. "Chevron targetkan (alih kelola) selesai di kuartal I 2021. Kami harap operator baru di 2021 ini segera ajukan perpanjangan (kontrak) wilayah kerja," kata Dwi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (3/2).
Dwi menambahkan, selain perpanjangan kontrak Blok IDD, operator baru juga ditargetkan untuk segera merampungkan revisi rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) I. Dwi memastikan, jika nantinya ENI menjadi operator Blok IDD maka integrasi fasilitas kemungkinan besar akan dilakukan dengan seluruh fasilitas milik ENI yang ada di Cekungan Kutai. Merujuk data SKK Migas, pengembangan Blok IDD meliputi 5 lapangan migas yakni Gendalo diunitisasi antara WK Ganal dan WK Makassar Strait, Maha diunitisasi antara WK West Ganal PSC dan WK Muara Bakau, Gehem diunitisasi antara WK Rapak dan WK Ganal, Gandang WK Ganal dan Bangka WK Rapak. WK Ganal yang dioperasikan Chevron Ganal Ltd akan habis kontraknya pada 23 Februari 2028 mendatang. Sementara WK Rapak yang dioperasikan Chevron Rapak Ltd akan habis kontraknya pada 3 Desember 2027.
Baca Juga: Ini penyebab proyek IDD terancam molor dari jadwal awal SKK Migas memproyeksikan puncak produksi dari Gendalo Hub dan Gehem Hub mencapai 844 MMSCFD dan 27.000 BOPD dengan estimasi onstream pada kuartal IV 2025 sesuai rencana awal dalam persetujuan POD. Nilai investasi proyek ini disebut mencapai 6,98 miliar. Sebelumnya, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Julius Wiratno mengungkapkan, potensi molornya proyek tersebut terjadi karena diskusi alih kelola antara PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan ENI masih berlangsung. "Menurut saya mundur (dari target), tetapi sekali lagi tergantung skenario pengembangannya," jelas dia kepada Kontan.co.id, Selasa (2/2).
Adapun, konsorsium proyek IDD terdiri dari kepemilikan saham Chevron sebesar 62%, sisanya dipegang oleh ENI sebesar 20% dan Sinopec 18%. Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan, kepastian untuk mitra pengganti Blok IDD bisa diperoleh pada tahun ini. Menteri ESDM Arifin Tasrif bilang, saat ini Chevron tengah melakukan negosiasi dengan perusahaan migas asal Italia, ENI. "ENI menunjukkan minat yang serius dan proyek ini bisa mendukung LNG di Bontang. Diharapkan negosiasi bisa selesai kuartal I 2021," pungkas Arifin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .