KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aktivitas mudik Lebaran memuncak pada tahun ini setelah tiga tahun periode 2020-2022 masih terhambat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) akibat Covid-19. Alhasil, efek Lebaran terhadap ekonomi Indonesia pun diprediksikan makin besar. Pada tahun 2019, konsumsi rumah tangga selama periode Lebaran (Juni-Juli) meningkat sebesar 5,05% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tahun 2019 mencapai 5,05%, atau naik sebesar 5,05% dibandingkan kuartal sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Lebaran memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Konsumsi makanan dan minuman pada bulan Ramadan juga meningkat. Begitu juga dengan konsumsi transportasi serta konsumsi restoran dan hotel yang juga meningkat pada saat Lebaran.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, momentum Ramadan dan Lebaran akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam mendorong konsumsi masyarakat. Menurut Josua, peningkatan konsumsi masyarakat pada bulan Ramadan juga didukung oleh pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) serta aktivitas mudik masyarakat. Josua melihat terdapat kecenderungan semarak Lebaran dan mudik pada tahun 2023 ini cenderung kembali normal jika dibandingkan Lebaran tahun 2020 hingga 2022. "Oleh sebab itu, pola efek Lebaran akan kembali lagi berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 ini," kata dia.
Baca Juga: Penerimaan Pajak Bisa Terimbas Tekanan Global Perputaran uang yang meningkat sejalan dengan peningkatan konsumsi masyarakat juga terkonfirmasi dengan Bank Indonesia (BI) yang akan menyiapkan uang tunai Rp 195 triliun untuk menghadapi Lebaran tahun 2023. Nilai tersebut meningkat sekitar 8,22% dibandingkan dengan tahun 2022 lalu yang mencapai Rp 180 triliun. Josua menghitung, uang beredar (M2) pada Ramadan dan Idul Fitri tahun ini, berpotensi mencapai Rp 8.573 triliun. "Artinya, ada tambahan sekitar Rp 243 triliun pada momentum Ramadan dan Lebaran tahun ini, lebih tinggi dari tahun 2022 yang tercatat Rp 221 triliun," kata Josua. Dia menambahkan, pencabutan PPKM menyebabkan peningkatan aktivitas ekonomi tahun ini. Sehingga aktivitas mudik kembali meriah dan mendorong perputaran uang yang lebih signifikan.
Baca Juga: Likuiditas Memadai, Transaksi PUAB Diramal Bakal Meningkat Selain itu, akan ada dampak peningkatan pertumbuhan ekonomi, termasuk pemerataan ekonomi dari kota ke desa. "Karena dengan adanya ini, berarti konsumsi rumah tangga meningkat sehingga cenderung efeknya positif terhadap pertumbuhan ekonomi," tandas Josua. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan uang beredar (M2) pada periode Ramadan dan Lebaran tahun ini berpotensi tumbuh dua digit. "Menjelang atau pada saat Idul Fitri, M2 diperkirakan tumbuh
double digit, atau bisa lebih dari 10% YoY," tutur David. Angka tersebut meningkat dari pertumbuhan pada bulan Januari 2023 maupun Februari 2023, yang masing-masing tercatat sebesar 8,2% YoY dan 7,9% YoY. Lebih tingginya pertumbuhan uang beredar, menunjukkan aktivitas konsumsi maupun transaksi dari masyarakat yang meningkat.
Baca Juga: Momen Lebaran Dinilai Bakal Mampu Dorong Konsumsi Masyarakat Bansos dan THR
Salah satu upaya pemerintah untuk memeriahkan tingkat konsumsi masyarakat pada periode Lebaran adalah pemberian bantuan sosial (bansos). Selain itu, pemerintah juga mengucurkan tunjangan hari raya (THR) kepada pegawai negeri, TNI, dan Polri menjelang Hari Raya Idul Fitri. Tujuannya adalah untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M. Rizal Taufikurahman, pemberian bansos dan THR pada bulan April akan meningkatkan daya beli masyarakat dan konsumsi rumah tangga. Tetapi, karena harga energi seperti bahan bakar minyak (BBM), harga pangan, dan pajak pertambahan nilai (PPN) juga naik, diperkirakan konsumsi hanya akan tumbuh sebesar 1,2% saja. Selain itu, kenaikan harga BBM akan menurunkan besaran konsumsi sebesar 0,8%. Padahal, biasanya konsumsi pangan, pakaian, dan BBM akan meningkat menjelang Hari Raya Idul Fitri karena banyak masyarakat yang mudik. Hal ini secara otomatis akan mendorong tingkat konsumsi rumah tangga dan turut menyumbang ke perekonomian. Menurut Rizal, kontribusi pertumbuhan ekonomi di bulan April terhadap tumbuhnya ekonomi di kuartal kedua tahun 2022, diperkirakan hanya sebesar 0,4%. Meskipun pada Juli mendatang gaji ke-13 akan diberikan kepada ASN, TNI, dan Polri, namun dengan kenaikan harga-harga tersebut, hanya akan menyumbang sebesar 0,1% kepada konsumsi rumah tangga. Sehingga, pertumbuhan konsumsi di kuartal kedua 2022 diprediksi hanya tumbuh sebesar 0,28%. “Ini (perkiraan tingkat konsumsi kuartal II 2022) berasal dari THR, gaji ke-13 dan parlinsos di bulan April dan Mei,” kata dia. Ekonom Indef Abra Talattov menilai bahwa kenaikan harga energi, pangan, dan PPN justru membuat masyarakat enggan membelanjakan uang bansos dan THR. Masyarakat lebih memilih menyimpan uangnya sebagai antisipasi kebutuhan di masa mendatang. Namun, jika bansos, THR, dan gaji ke-13 diberikan tanpa kenaikan harga-harga, maka akan lebih efektif lagi untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga seperti yang diinginkan pemerintah.
Baca Juga: Libur Lebaran Tiba, Saatnya Daerah Berpesta Pora Pendapatan negara
Lebaran tidak hanya meningkatkan konsumsi masyarakat, tetapi juga meningkatkan pendapatan pemerintah. Ini karena pajak konsumsi (PPN) akan naik saat konsumsi masyarakat meningkat. "Karena PPN pajak atas konsumsi maka secara otomatis saat konsumsi naik, penerimaan PPN akan naik," ungkap Kasubdit Peraturan PPN Perdagangan, Jasa dan Pajak Tidak Langsung Lainnya DJP Bonarsius Sipayung.
Selain itu, penerimaan pajak penghasilan (PPh) 21 juga akan meningkat karena ada hubungan positif antara Tunjangan Hari Raya (THR) dan penerimaan pajak. Jika THR yang diterima karyawan semakin tinggi, maka potongan pajak yang dibayar juga akan semakin besar. "Semakin tinggi THR yang diterima individu, maka potongan yang kemudian akan dilaporkan dalam pembayaran pajak terutama untuk pajak PPh 21 juga akan semakin besar," ucap Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet kepada Kontan.co.id, Senin (27/3). Yusuf juga memperkirakan bahwa tahun ini karyawan akan menerima THR yang lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena pemulihan ekonomi semakin membaik. Dengan adanya peningkatan penerimaan negara karena momentum Lebaran 2023, dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2023 akan mencapai sekitar 5,3% hingga 5,5% secara tahunan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati