Persaingan bisnis apotek makin sengit



JAKARTA. Tren gaya hidup sehat dan bergulirnya program jaminan sosial kesehatan lewat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) membuat bisnis apotek dan gerai kesehatan makin bertebaran. Kini, diperkirakan lebih dari 10.000 gerai apotek bertebaran di Tanah Air.

Kendati semakin ramai dan persaingan makin sengit, bisnis apotek dan gerai farmasi tetap menggiurkan. Maklum, nilai pasar apotek mencapai belasan triliun rupiah.

berdasarkan riset KONTAN, tahun ini, nilai pasar bisnis apotek ditaksir mencapai sekitar Rp 15 triliun-Rp 18 triliun. Angka itu setara dengan kisaran 30% dari total nilai pasar farmasi nasional yang diperkirakan mencapai sekitar Rp 60 triliun pada tahun ini.


Peluang besar itu pula yang kini tengah diincar  PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), perusahaan ritel pemilik merek dagang Alfamart. Melalui cucu usaha, PT Sumber Medika Lestari, Alfaria ekspansi ke bisnis apotek lewat gerai kesehatan dan kecantikan Dan+Dan.

Belum jelas nilai investasi yang disiapkan Sumber Alfaria untuk ekspansi ke bisnis apotek. Menurut Fenia Rosalie, Managing Director PT Sumber Medika  Lestari, saat ini pihaknya tengah menanti izin mendirikan apotek.

Bila izin sudah di tangan, pihaknya langsung menggeber ekspansi. Pertama, apotek dengan obat-obatan lengkap. Kedua, membangun gerai dekat tempat pemukiman. "Termasuk pelayanan antar yang cepat karena lokasi Dan+Dan di perumahan," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (9/6).

Genjot gerai baru

Kendati bakal kedatangan pesaing baru, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mengaku tak gentar. Rusdi Rosman, Direktur Utama Kimia Farma, menyatakan sudah memasang strategi bisnis. Misalnya, menerapkan konsep one stop health care service. Selain ada apotek, terdapat juga laboratorium, klinik serta pasar swalayan. "Konsep ini yang berbeda dari yang lain sehingga kami punya market sendiri," katanya.

Langkah lainnya adalah menambah apotek baru hingga 100 gerai per tahun. Hingga Mei 2015, perusahaan ini sudah memiliki 650 apotek dan menargetkan memiliki 714 apotek pada akhir tahun  ini.

Sejauh ini, Kimia Farma memimpin pasar bisnis apotek domestik. "Saat ini market share kami 24%-26%. Kami pemimpin pasar. Apotek lain seperti Century atau K-24 paling banyak memiliki 300-an gerai," papar Rusdi.

Untuk mempertahankan sebagai pemimpin pasar, Kimia Farma terus berbenah. Salah satunya membuka contact center agar konsumen bisa menanyakan ketersediaan obat di Kimia Farma.

Rusdi optimistis lini bisnis apotek ini bisa menyokong Rp 2,5 triliun ke kantong Kimia Farma. Sebagai gambaran, target pendapatan PT Kimia Farma Tbk sepanjang tahun ini Rp 5,2 triliun, atau naik 16% dari tahun 2014.

Pemain lain, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) yang memiliki jaringan gerai kesehatan dan kecantikan Boston mengaku sulit masuk ke bisnis apotek. Menurut Fernando Repi, Manajer Korporat Komunikasi Matahari Putra Prima, persaingan di bisnis apotek sudah cukup ketat.

Perusahaan itu juga mengatur siasat demi menjaga bisnis Boston. Misalnya, selama ini gerai Boston dibuka bersebelahan dengan gerai ritel Hypermart. Mulai tahun ini, peritel ini akan membuka gerai Boston di sejumlah pusat belanja, seperti Century serta Guardian, serta membuka gerai sendiri (standing alone). "Tapi kami perlu mengkaji potensinya," tukasnya.

Pihaknya sudah membidik beberapa kota besar dan kota kecil untuk membangun gerai Boston standing alone. Namun, Fernando tidak memerinci target jumlah gerai standing alone yang akan dibuka Matahari Putra tahun ini.

Tahun ini, peritel ini akan membuka 15 gerai Boston yang bersebelahan dengan Hypermart. Kini, jumlah gerai Boston mencapai 109 gerai.

Meski begitu, kontribusi Boston terhadap penghasilan Matahari Putra kurang dari 10%. Fernando berdalih kecilnya kontribusi Boston itu akibat produk yang dijajakan tak sebanyak yang ada di Hypermart. "Jadi kontribusinya pun tidak banyak," klaim dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan