Persaingan Bunga Ketat, NIM Perbankan Tahun Ini Tak Akan Setinggi Tahun Lalu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan di Tanah Air disebut-sebut masih terbaik di kawasan ASEAN. Inilah yang membuat masih banyak investor yang tertarik mencaplok bank-bank kecil yang memang sedang dipaksa untuk meningkatkan modal inti minimum hingga Rp 3 triliun pada akhir 2022. 

Sejumlah bank, terutama bank besar, mengaku mencatat kenaikan NIM tahun 2021 dibanding tahun sebelumnya. Selain penurunan suku bunga, peningkatan digitalisasi layanan yang dilakukan perbankan beberapa tahun belakangan turut mendorong kenaikan NIM tersebut. Semakin mudahnya bertransaksi dengan layanan digital telah mendorong dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) sehingga biaya dana mengempis. 

Namun, NIM tahun 2022 ini diperkirakan tidak akan setinggi tahun sebelumnya. Munculnya model baru dalam industri perbankan seperti kehadian fintech, neobank dan agregator akan membuat persaingan bunga semakin ketat ke depan. Selain itu, rencana kenaikan bunga The Fed yang tentu bakal diikuti dengan kenaikan suku bunga di dalam negeri akan membuat biaya dana naik. 


Hal itu salah satunya diperkirakan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). "Saat ini, peta persaingan industri jasa keuangan mulai berubah seiring dengan akselerasi munculnya industri dengan model bisnis baru. Persaingan perbankan dalam tingkat bunga pun akan menekan NIM. BNI masih harus menganisipasi kenaikan suku bunga tahun depan," kata Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini kepada Kontan.co.id, Jumat (7/1).

Baca Juga: Penurunan Suku Bunga Kredit Bank Diproyeksi Berlanjut, Ini Penyebabnya

Apalagi ekonomi tahun ini juga akan memasuki fase penguatan. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan ada dikisaran 5%-5% sehingga penyaluran perbankan juga sudah mulai bergerak. Perbankan harus menjaga likuiditas di tengah pertumbuhan itu. 

Untuk tetap menjaga NIM, lanjut Novita, BNI akan melakukan optimalisasi yield dengan ekspansi kredit kepada debitur-debitur top tier dan berisiko rendah, serta meningkatnya pembiayaan konsumer berbasis digital seperti PayLater. BNI juga akan fokus meningkatkan dana murah dan menjaga kualitas aset tetap sehat. 

Hingga September 2021, NIM BNI mencapai 4,7% atau naik 50 basis poin secar year on year (YoY). Novita bilang, capaian itu tidak lepas dari penurunna biaya dana ke level 1,6%, terendah dalam 10 tahun terakhir.

Bank Mandiri masih berhasil menjaga NIM di level yang ditargetkan yaitu 4.8-5.1% untuk 2021. Hingga kuartal III, NIM perseroan ada di level 5%. Sigit Prastowo Direktur Keuangan Bank Mandiri mengatakan, hal itu ditopang oleh penurunan biaya dana karena dana murah meningkat signifikan dan penurunan bunga deposito.

Tahun 2022, Bank Mandiri akan berupaya menjaga NIM di level yang ada saat ini atau lebih baik. Meskipun suku bunga berpotensi naik, namun rasio CASA perseroan yang tinggi dinilai bisa jadi senjata bank untuk menjaga biaya dana tetap relatif rendah. 

"Dari sisi pendapatan bunga, Mandiri juga akan fokus pertumbuhan kepada asset dengan bunga/yield yang relatif lebih tinggi, misalnya pinjaman korporasi untuk investasi, commercial dan atau UMKM. Dengan begitu yield dapat tertopang," kata Sigit.

Sedangkan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) melihat NIM masih berpotensi naik tahun ini sejalan dengan pemulihan ekonomi yang tengah berjalan. Namun, kenaikannya diprediksi tidak akan setingga tahun lalu katena peluang penurunan biaya dana sudha terbatas karena likuiditas dan persaingan DPK perbankan akan mulai ketat. 

Adapun NIM BTN kuartal III mencapai 3,52% atau naik dari 3,13% pada periode yang sama tahun sebelumya. "Untuk NIM sepanjang 2021 diharapkan sesui ekspektasi mencapai target," kata Direktur Finance, Planning, & Treasury Bank BTN Nofry Rony Poetra

Senada, Direktur Bank Woori Saudara Sadhana Priatmadja mengatakan, pihaknya memperkirakan NIM tahun ini akan meningkat seiring dengan pandemi yang kian terkendali namun kenaikannya tidak akan besar. Bank ini menargetkan NIM tahun ini ada di 4,15%-4,20%.

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Emiten Perbankan di Tengah Pemulihan Ekonomi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat