Persaingan ekspor udang memanas



JAKARTA. Persaingan ekspor udang ke Amerika Serikat (AS) semakin ketat. Pasalnya, menurut hasil penyelidikan Departement of of Commerce dan International Trade Commission (ITC) AS yang diumumkan 19 September 2013, lima negara, yakni China, India, Malaysia, Vietnam dan Ekuador tidak melakukan subsidi seperti yang dituduhkan sebelumnya.

Dengan keputusan ITC tersebut, udang produksi lima negara tersebut bebas bea masuk AS. Keputusan tersebut akan berdampak pada ekspor udang Indonesia ke AS yang membutuhkan sekitar 550.000 ton per tahun.

Di antara lima negara tersebut, Indonesia menduduki urutan ke empat setelah Thailand, Ekuador dan India. "Hasil keputusan ITC ini kurang menguntungkan untuk industri udang kita, karena semua ekspor ke Amerika menjadi 0%," ujar Thomas Darmawan, Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), kemarin.


Dengan tidak adanya penambahan bea masuk, ekspor udang ke AS dari negara-negara tersebut akan bertambah. Dus, bukan mustahil harga udang bisa turun sekitar 10%-15% dari harga saat ini yang berkisar antara US$ 12-US$ 14 per kilogram.

Meski harga turun, Thomas berharap Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini dengan peningkatan ekspor. Alhasil, meski harga turun, devisa dari ekspor udang akan tetap naik.

Di sisi lain, Indonesia masih memiliki celah menggenjot ekspor udang ke AS. Sebab petambak udang di Thailand, Malaysia, Vietnam dan China tengah menghadapi wabah early mortality syndrome (EMS). Wabah ini berpotensi menekan produksi dari beberapa negara tersebut.

Sebagai gambaran, tahun lalu, total nilai ekspor udang Indonesia mencapai US$ 1,2 miliar. Nilai ekspor udang ke AS sebesar US$ 500 juta atau 41,67% dari total ekspor.

Tahun lalu, Indonesia memasok udang ke AS sekitar 62.194 ton atau setara dengan 38,39% dari keseluruhan volume ekspor udang Indonesia yang mencapai 162.000 ton. "Tahun ini kami berharap ekspor ke AS masih naik 12%-15%," ungkap Thomas.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, total nilai ekspor udang Indonesia ke Amerika selama periode Januari-Juni tercatat US$ 334 juta naik 12,21% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara volume ekspor naik 3,07% menjadi 36.528 ton apabila dibandingkan dengan periode Januari-Juni tahun lalu.

Waspadai udang India

Meski demikian, perlu diwaspadai ekspor udang asal India. Selain produksi udang meningkat, harga udang asal negeri Bollywood tersebut relatif lebih murah akibat rupee melemah 24% terhadap dollar AS.

Berdasarkan data AP5I yang dikutip dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Fisheries, volume ekspor udang dari India ke Amerika pada periode Januari-Juni mencapai 37.100 ton, jumlah tersebut naik 81,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Saut Parulian Hutagalung, Direktur Jenderal Pemasaran dan Pengolahan Hasil Perikanan (P2HP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengatakan akan membahas hal ini antara industri dengan petambak udang. Supaya udang asal Indonesia berdaya saing di AS, salah satu pilihan yang bisa dilakukan adalah menurunkan harga jual. Hanya, tentunya ini tidak menguntungkan bagi petambak.

Saat ini, harga jual udang dari petambak ke industri dibanderol hingga Rp 90.000 per kg. Harga ini, kata Saut terlalu tinggi bagi industri. "Padahal, Harga Pokok Produksi (HPP) untuk membudidayakan udang hanya sekitar Rp 30.000 per kg," jelas Saut. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Fitri Arifenie