KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah persaingan bank digital yang semakin ketat -termasuk dari bank konvensional- PT Bank Jago Tbk (ARTO) memilih jalur pertumbuhan berkualitas ketimbang menggenjot kenaikan tinggi tapi mengabaikan faktor risiko. Strategi ini dalam rangka menjaga pertumbuhan bisnis yang sehat dan berkelanjutan. “Jumlah nasabah, DPK, dan lending (penyaluran kredit) kita terus tumbuh positif,” terang Direktur Utama Bank Jago, Arief Harris Tandjung, pekan lalu. Menurutnya, Bank Jago tidak melakukan akuisisi nasabah secara jor-joran atau menebar lending secara besar-besaran, tapi mengabaikan kualitas sehingga menggerus profitabilitas dan meningkatnya kredit bermasalah (NPL). Terkait kerjasama dengan sejumlah startup, institusi finansial seperti finrech lending, yang sedang menjadi sorotan publik belakangan ini, Arief menegaskan Bank Jago akan tetap ekspansif tetapi lebih selektif. Bagaimanapun, bisnis model partnership lending merupakan pilihan strategis sejak awal dan terbukti berhasil menjadi mesin pertumbuhan yang efektif.“Prinsip kolaborasi sudah menjadi DNA kami. Jadi, yang kami lakukan saat ini adalah lebih selektif memilih partner. Kami bisa identifikasi partner yang masih tumbuh dan partner yang potensi risiko nya tinggi,” kata Arief. Bank Jago berhasil melanjutkan momentum kinerja positif di kuartal II-2023 yang terlihat dari meningkatnya jumlah nasabah, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), dan penyaluran kredit yang berkualitas. Sampai Juni 2023, Bank Jago melayani lebih dari 8,3 juta total nasabah, termasuk 6,7 juta nasabah funding pengguna Aplikasi Jago, naik lebih dari dua kali lipat bila dibandingkan dengan pencapaian Juni tahun lalu yang sekitar 3 juta nasabah. DPK Bank Jago saat ini mencapai Rp10,1 triliun atau tumbuh 65% dari Rp6,1 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Current account saving account (CASA) mendominasi komposisi DPK sebesar 71,4%, sedangkan sisanya merupakan deposito sebesar 28,6%.
Persaingan Ketat, Ekspansif Tapi Selektif Jadi Strategi Bank Jago
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah persaingan bank digital yang semakin ketat -termasuk dari bank konvensional- PT Bank Jago Tbk (ARTO) memilih jalur pertumbuhan berkualitas ketimbang menggenjot kenaikan tinggi tapi mengabaikan faktor risiko. Strategi ini dalam rangka menjaga pertumbuhan bisnis yang sehat dan berkelanjutan. “Jumlah nasabah, DPK, dan lending (penyaluran kredit) kita terus tumbuh positif,” terang Direktur Utama Bank Jago, Arief Harris Tandjung, pekan lalu. Menurutnya, Bank Jago tidak melakukan akuisisi nasabah secara jor-joran atau menebar lending secara besar-besaran, tapi mengabaikan kualitas sehingga menggerus profitabilitas dan meningkatnya kredit bermasalah (NPL). Terkait kerjasama dengan sejumlah startup, institusi finansial seperti finrech lending, yang sedang menjadi sorotan publik belakangan ini, Arief menegaskan Bank Jago akan tetap ekspansif tetapi lebih selektif. Bagaimanapun, bisnis model partnership lending merupakan pilihan strategis sejak awal dan terbukti berhasil menjadi mesin pertumbuhan yang efektif.“Prinsip kolaborasi sudah menjadi DNA kami. Jadi, yang kami lakukan saat ini adalah lebih selektif memilih partner. Kami bisa identifikasi partner yang masih tumbuh dan partner yang potensi risiko nya tinggi,” kata Arief. Bank Jago berhasil melanjutkan momentum kinerja positif di kuartal II-2023 yang terlihat dari meningkatnya jumlah nasabah, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), dan penyaluran kredit yang berkualitas. Sampai Juni 2023, Bank Jago melayani lebih dari 8,3 juta total nasabah, termasuk 6,7 juta nasabah funding pengguna Aplikasi Jago, naik lebih dari dua kali lipat bila dibandingkan dengan pencapaian Juni tahun lalu yang sekitar 3 juta nasabah. DPK Bank Jago saat ini mencapai Rp10,1 triliun atau tumbuh 65% dari Rp6,1 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Current account saving account (CASA) mendominasi komposisi DPK sebesar 71,4%, sedangkan sisanya merupakan deposito sebesar 28,6%.