Persaingan ketat, Indocement (INTP) pasang strategi di 2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Targetkan penjualan bisa tumbuh 4% di 2019, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) siapkan berbagai strategi hingga upaya efisiensi demi mendorong kinerja keuangan yang lebih baik.

Pasca akuisisi PT Holcim oleh PT Semen Indonesia beberapa waktu lalu, INTP  mengaku saat ini pangsa pasarnya masih mampu dipertahankan pada kisaran 25,5%. Beberapa strategi diharapkan bisa tetap menjaga pangsa pasar emiten itu di 2019.

Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Christian Kartawijaya mengatakan, lewat dua brand yang dimiliki perusahaan itu, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan semen nasional. Untuk brand Semen Tiga Roda saat ini berkontribusi hingga 94% terhadap total bisnis INTP, sedangkan sisanya berasal dari Semen Rajawali 6%.


"Untuk Rajawali, strateginya kita hanya menjual terbatas, yaitu di Jakarta, Jawa Barat dan beberapa kota di Jawa Tengah," ungkap Christian, Jumat (22/3).

Strategi lainnya, adalah mendorong penjualan klinker di mana pada 2018 jumlah penjualannya meningkat hingga 47,6%. Ditambah lagi, dengan kebijakan pemerintah yang membatasi impor klinker membuat produksi klinker Tanah Air bisa diserap dengan baik.

Upaya lain yang dilakukan INTP yakni dengan integrasi vertikal di bidang beton siap pakai dan agregat. 

Harapannya, ini mampu memperkuat juga bisnis beton siap pakai, terutama yang memiliki kualitas tinggi, demi memenuhi permintaan proyek infrastruktur.

Sementara itu, dari sisi efisiensi, INTP juga meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif. Ini dilihat dari perjanjian INTP dengan pemerintah Jabar September 2018 untuk membeli 500 ton Refuse Derived Fuel (RDF), sebagai hasil pengolahan dari 1.500 ton sampah masyarakat.

"Penggunaan RDF nantinya akan menurunkan ketergantungan pada batubara sebagai sumber bahan bakar. Apalagi, jarak yang dekat antara tempat pengumpulan RDF dan Citeureup 6,6 km," ujarnya.

Christian menekankan langkah efisiensi telah diterapkan sejak kuartal IV-2018. Salah satu upayanya dengan menganalisa logistik, supply chain agar bisa lebih efisien. 

Selain itu, INTP juga telah melakukan pembangun terminal, salah satunya Terminal Lampung yang dibangun di atas lahan seluas 4,2 hektare (ha). Di mana kapasitas produksi Bag mencapai 1.500 ton per hari dan bulk sebanyak 1.000 ton per hari.

"Dengan terminal, kalau dulu kita bawa pakai big bag, mahal, all the way pakai truk, ferry dan lainnya, sekarang kita pakai kapal sebagian. Ini salah satu langkah yang kita lakukan," jelasnya,

Bahkan, emiten itu juga telah menutup tiga pabriknya dan menggantikannya dengan pabrik P14 yang memiliki kapasitas produksi hingga 4,4 juta ton. "Dengan itu, kita bisa efisiensi, karena biaya bahan bakar yang dikeluarkan juga lebih rendah," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi