Persaingan ketat tahan laju SMGR



JAKARTA. Meski laporan keuangan belum resmi terbit, manajemen PT Semen Gresik Tbk (SMGR) sudah memberikan kisi-kisi kinerja di kuartal III tahun ini.

Direktur Utama Semen Gresik Dwi Soetjipto memperkirakan, pendapatan bersih selama sembilan bulan pertama 2011 tumbuh sekitar 10% hingga 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian, potensi pendapatan bersih SMGR di triwulan III 2011 berkisar Rp11,31 triliun sampai Rp11,52 triliun.

"Laba diperkirakan 5%-10%, kami masih susun laporan keuangannya," kata Dwi, Selasa (18/9). Laba produsen semen terbesar di Indonesia itu per akhir September 2011 diperkirakan berkisar Rp 2,64 triliun hingga Rp 2,77 triliun.


Dwi menjelaskan, kenaikan laba ditopang kenaikan volume penjualan semen selama Januari-September 2011 dibandingkan tahun lalu.

Volume penjualan semen SMGR sampai akhir September 2011 mencapai 14,5 juta ton. Sedangkan per September tahun lalu, sebesar 12,8 juta ton. Manajemen SMGR menargetkan, volume penjualan semen di akhir tahun mencapai 19,5 juta ton.

Bisa dibilang, pertumbuhan kinerja SMGR cenderung lamban. Dwi mengakui hal tersebut. Dia menjelaskan, persaingan yang ketat dengan para kompetitor di industri semen menjadi titik awal pertumbuhan kinerja yang lebih lambat.

Persaingan tersebut berdampak pada persaingan harga. "Kami tidak menaikkan harga padahal cost bertambah karena harga batubara naik," kata Dwi.

Alasan manajemen SMGR, pesaing tidak ada yang menaikkan harga. Dwi mengaku khawatir kehilangan pelanggan jika SMGR mengerek naik harga penjualan semen.

Dwi menjelaskan, kenaikan biaya produksi secara akumulasi lebih tinggi 15% dibandingkan biaya tahun lalu. Menurut catatan Dwi, komponen batubara sebagai bahan bakar energi berkontribusi sekitar 27% dari total biaya produksi. Itu merupakan komponen biaya terbesar dalam struktur biaya produksi.

Alih-alih mengutak-atik komponen harga atau average sell price (ASP), Semen Gresik memilih strategi menekan biaya produksi melalui efisiensi energi. Salah satu caranya, mengurangi penggunaan batubara berkalori tinggi dan menggantinya dengan batubara berkalori rendah.

Di sisi lain, perusahaan ini juga berencana mengakuisisi dua kuasa pertambangan (KP) batubara di Riau dan Kalimantan. Manajemen SMGR pernah mengklaim, konsesi di Riau memiliki cadangan batubara sampai 16 juta ton.

Selain itu, SMGR membangun dua unit generator penangkap panas atau waste heat recovery power generator yang berfungsi menangkap gas buang sisa produksi untuk kemudian diubah menjadi energi listrik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.