KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan digital memang kian riuh dengan jumlah pemain yang terus bertambah. Namun, meski persaingan semakin sengit, mengoleksi saham bank digital belum menjadi rekomendasi. Ambil contoh, PT Krom Bank Indonesia Tbk (
BBSI) yang akhirnya resmi meluncurkan layanan perbankan digital kemarin (27/2), pasca diakuisisi Kredivo Group pada 2022 lalu. Itu pun tampaknya tak serta-merta membuat sahamnya menarik dikoleksi.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengungkapkan bahwa BBSI merupakan saham yang mempunyai volume transaksinya sangat rendah dan saham tersebut dinilai sangat rentan terhadap fluktuasi harga yang tidak wajar.
“Sahamnya seperti itu sejak IPO,” ujar Arjun (27/2).
Baca Juga: Potensi Pasar Bank Syariah Besar, BSI Targetkan Peningkatan 3 Juta Nasabah Tiap Tahun Di sisi lain, ia melihat BBSI sudah naik kencang sejak beberapa minggu lalu karena spekulasi terkait peluncuran bank digital tersebut. Alhasil, harganya sudah mencapai harga
resistance di level Rp 4.500 per saham. Jika menilik pergerakan sahamnya, BBSI memang tercatat masih tren naik sejak awal tahun. Di mana, harga sahamnya sudah mengalami pertumbuhan 22,68% secara
year to date (YtD) hingga di pukul 14.00 pada 28 Februari 2024 berada di level Rp 4.490 per saham. Memang, kinerja tersebut sedikit berbeda jika dibandingkan dengan beberapa emiten bank digital lainnya. Mengingat, saham-saham bank digital lainnya kompak dalam tren menurun jika dilihat sejak awal tahun. Sebut saja, PT Bank Neo Commerce Tbk (
BBYB) yang sejak awal tahun sudah terperosok hingga 42,66% YtD. Hingga pukul Rabu (28/2) pukul 14.00, BBYB terlihat mengalami penguatan 1,63% menjadi Rp 250 per saham. Selain itu, ada PT Bank Amar Indonesia Tbk (
AMAR) yang juga tak kalah terperosk hingga 20,63% YtDHanya saja, sejak awal pekan ini, bank yang dimiliki Tolaram dan Investree Singapore ini selalu ditutup menguat. Ada juga, PT Bank Jago Tbk (
ARTO) yang tercatat masih koreksi sejak awal tahun sekitar 12,76%. Bahkan, sebulan terakhir, sahamnya juga dalam tren turun mencapai 25,88% Arjun pun melihat tren bank digital saat ini masih kurang kondusif ditambah valuasinya masih terlalu tinggi untuk beberapa emiten perbankan. Tak hanya itu, beberapa emiten bank digital juga masih mengalami kerugian keuangan
Baca Juga: Pengguna Bank Jago Syariah Mencapai 1,7 Juta, Mayoritas Gen Z dan Milenial “Jadi kurang menarik, sehingga investor lebih memilih investasi ke bank besar dibandingkan bank digital,” ujarnya. Sementara itu,
Head of Research RHB Sekuritas Andrey Wijaya mengungkapkan bahwa bank digital mungkin baru menarik di separuh kedua tahun ini. Mengingat, prediksinya The Fed baru mulai menurunkan suku bunganya pada periode tersebut.
Editor: Tendi Mahadi