Persaingan menyeret laba multifinance



JAKARTA. Bisnis pembiayaan alias multifinance sepanjang 2014 masih jauh dari harapan. Walaupun penyaluran pembiayaan meningkat, laba multifinance pada akhir tahun lalu justru merosot 15,4% ketimbang perolehan tahun sebelumnya.

Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), laba yang berhasil dikumpulkan oleh perusahaan pembiayaan pada 2013 mencapai Rp 14,46 triliun. Namun, di 2014 laba multifinance jatuh menjadi Rp 12,22 triliun.

Harjanto Tjitohardjojo, Direktur PT Mandiri Tunas Finance (MTF) menilai, ada beberapa kemungkinan turunnya laba Multifinance itu. Pertama, penurunan pendapatan berbasis komisi. "Ini karena OJK mengatur diskon asuransi," ujarnya, kemarin.


Alasan Kedua, kualitas kredit di beberapa multifinance yang memburuk karena ketatnya persaingan di pasar otomotif. Para pelaku usaha berlomba-lomba memberikan potongan harga. "Ini yang menyebabkan down payment rawan," jelas Harjanto.

MTF sendiri mampu mencetak pertumbuhan laba di 2014. Tahun lalu, laba MTF sebesar Rp 233,9 miliar di 2014, naik ketimbang tahun 2013 yang sebanyak Rp 176,3 miliar.

Beda nasib dengan MTF, laba PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk tergerus hingga separuhnya. Pada tahun 2013, laba Adira mencapai Rp 1,7 triliun. Nah, di akhir tahun lalu, laba Adira terkoreksi hingga Rp 792 miliar.

Willy Suwandi Dharma, Direktur Utama Adira Finance mengatakan, penurunan laba tersebut karena kenaikan biaya pendanaan, peningkatan biaya operasional dan meningkatnya upah. Kemudian, penyaluran pembiayaan Adira nyaris mandek.

Pertumbuhan pembiayaan baru Adira Finance hanya tumbuh 1,1%, dari Rp 33,7 triliun pada 2013 lalu menjadi sebesar Rp 34,1 triliun pada akhir 2014. Secara total, outstanding pembiayaan Adira cuma naik 3% menjadi Rp 49,6 triliun sampai Desember tahun lalu.

Tumbuh di 2015

Meski bisnis pembiayaan mlempem pada tahun lalu, Suwandi Wiratno, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) yakin di 2015 ini prospeknya lebih cerah. Pada 2014, seretnya pembiayaan karena perlambatan ekonomi.

Menurut kalkulasi dia, bisnis pembiayaan di 2015 akan tumbuh 10% atau seperti tahun 2013. Optimisme ini bukan tanpa alasan. Sebab, pada akhir tahun lalu, OJK telah menelurkan beleid perluasan bisnis pembiayaan di multiguna, investasi dan modal usaha.  "Dengan perluasan usaha semoga semakin bertumbuh," kata Suwandi.

Supaya tak senasib seperti tahun lalu, Suwandi menyarankan kepada perusahaan pembiayaan lebih bijaksana dalam menjalankan bisnisnya yakni dengan melakukan efisiensi di berbagai sektor.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie